AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – United Aircraft Corporation (UAC), bagian dari Rostec State Corporation, telah mematenkan jet tempur siluman Su-57 berkursi tandem.
“Dokumen Penemuan” yang ditinjau Izvestia (21/11) menyatakan bahwa pesawat baru ini dirancang untuk mendeteksi dan menyerang target udara, permukaan, dan darat dengan senjata berpemandu dan tidak terarah.
Pesawat ini juga dapat berfungsi sebagai pos komando untuk operasi berorientasi jaringan dari kelompok pesawat campuran.
Dek penerbangan di dua kursi tersebut dilengkapi dengan kontrol untuk mentransfer prioritas kendali dari satu pilot ke pilot lainnya.
Pesawat ini akan menerima setidaknya dua indikator panorama multifungsi untuk mengendalikan pesawat dan senjata.
Dokumen tersebut mencatat bahwa pesawat baru ini akan memiliki tingkat deteksi radar yang rendah.
Ciri-ciri tersebut antara lain dicapai melalui bentuk badan pesawat dan kanopi, yakni bagian kokpit yang transparan.
Ditambahkan, pesawat akan dilengkapi tangki bahan bakar tambahan untuk meningkatkan jangkauan dan durasi penerbangan sebesar 10% dibandingkan varian kursi tunggal.
Sumber publikasi di UAC dan kompleks industri militer mengonfirmasi bahwa versi dua kursi sedang dipersiapkan.
“Semua jenis pesawat taktis utama kami memiliki versi dua kursi,” kata Dmitry Kornev, editor portal Militaryrussia, kepada Izvestia.
UAC tidak mengomentari mengenai sinyalemen tersebut.
Kemungkinan kemunculan Su-57 dengan dua kursi telah dilaporkan di media beberapa tahun yang lalu, namun hal itu baru muncul dalam dokumentasi desain sekarang.
Pada tahun 2021, Rostec melaporkan bahwa saat ini tidak ada negara di dunia yang memiliki pesawat tempur dua kursi generasi kelima.
Mereka belum muncul di antara para pesaing bahkan hingga saat ini. F-22 Amerika, F35 dan J-20 China dikemudikan oleh satu pilot.
“Fakta bahwa kokpit dilengkapi dengan semua yang diperlukan untuk mentransfer kendali dari satu pilot ke pilot lainnya menunjukkan bahwa pesawat baru ini juga dirancang sebagai pesawat latih tempur,” jelas Dmitry Kornev.
Pada saat yang sama, ia mencatat bahwa pesawat serang akan menjadi lebih fungsional jika memiliki dua awak, salah satunya adalah operator sistem persenjataan.
“Sangat sulit untuk mengemudikan pesawat, terutama generasi kelima, dan menggunakan sistem yang beragam terhadap target darat. Sebaiknya operator yang melakukan ini,” jelas dia.
Ahli tersebut mengklarifikasi bahwa ketika menggunakan pesawat ini sebagai bagian dari kompleks pengintaian dan serangan, pilot harus menganalisis sejumlah besar informasi.
-JDN-