F-35B Korps Marinir AS ‘terbang zombie’ lebih dari 100 km setelah pilotnya eject

F-35B USMCAP

AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Jet tempur siluman F-35B Lightning II milik Korps Marinir AS (USMC) melakukan ‘penerbangan zombie’ alias tanpa pilot lebih dari 100 km sebelum jatuh. Pesawat tersebut terbang sendiri setelah pilotnya memutuskan untuk melontarkan diri (eject) karena terjadi sesuatu hal dengan pesawat yang belum diketahui.

Setelah pilot keluar dari pesawat dan mendarat menggunakan parasut, beberapa panggilan diterima oleh 911 dari wilayah di Carolina Selatan.

Pilot yang jatuh di area belakang sebuah rumah itu menemui pemilik rumah. Ia mengatakan baru saja jatuh dari pesawat dan meminta pertolongan untuk memanggil 911 agar mengirimkan ambulans.

Associated Press melaporkan, seorang pilot USMC berusia 47 tahun berhasil melakukan eject dari F-35B pada 17 September 2023 di negara bagian Carolina Selatan, AS.

Setelah ‘ditinggalkan’ oleh pilotnya, F-35B itu terus terbang tanpa pilot sejauh lebih dari 100 km sebelum akhirnya jatuh.

Jet tempur tersebut sulit dilacak karena berteknologi siluman. Kemungkinan pesawat terus terbang dengan sistem autopilot.

Transpondernya menjadi tidak berfungsi di beberapa titik selama insiden, sehingga menghambat upaya selanjutnya di udara dan darat untuk menemukan lokasi kecelakaan, kata USMC.

Atas kejadian itu, Militer AS telah meminta bantuan secara terbuka kepada masyarakat melalui media sosial untuk menemukan pesawat yang hilang atau puing-puingnya. Puing-puing pesawat akhirnya berhasil ditemukan sehari kemudian.

Rekaman suara berdurasi empat menit beredar di dunia maya ketika seorang ibu, warga di North Charleston, menyatakan bahwa ada seorang pilot yang baru saja mendarat menggunakan parasut di belakang rumahnya. Operator telepon menerima penjelasan dari warga tersebut sedikit kebingunan.

Ia mengatakan, pilot tersebut jatuh dari ketinggian 2.000 kaki. Pilot tampak dalam keadaan baik namun mengatakan bahwa punggungnya sakit. Maka dari itu ia meminta untuk dicarikan ambulans.

Pilot tersebut tidak tahu pesawat yang ia terbangkan berada di mana.

“Nyonya, saya adalah pilot pesawat militer dan saya melontarkan diri. Jadi mendarat dengan terjun payung. Saya tidak tahu pesawat saya berada di mana. Bisakah Anda mengirim ambulans?” kata pilot itu.

USMC menyatakan, pilot tersebut adalah penerbang berpengalaman dengan pengalaman puluhan tahun di kokpit pesawat.

Seperti diberitakan sebelumnya, F-35 jatuh pada hari Minggu setelah kerusakan menyebabkan pilotnya terlempar di atas Charleston dan mendarat di halaman belakang perumahan tidak jauh dari Bandara Internasional Charleston.

Pesawat tempur tersebut, menurut USMC terbang di ketinggian hanya 300 meter, namun terus terbang sejauh 100 kilometer sebelum jatuh di daerah pedesaan dekat Indiantown.

Korps Marinir AS mengatakan, F-35 dirancang untuk menyelamatkan pilot dalam keadaan darurat. Fitur dalam pesawat ini dirancang dapat melindungi pilot dalam keadaan darurat.

Terdapat perangkat lunak kendali penerbangan yang akan bekerja untuk menjaganya tetap stabil jika tangan pilot tidak lagi memegang kendali.

“Jika jet stabil dalam penerbangan datar, ia akan mencoba untuk tetap berada di sana. Jika dalam pendakian atau penurunan yang sudah ditentukan, jet akan mempertahankan status 1G dalam pendakian atau penurunan tersebut sampai diperintahkan untuk melakukan hal lain,” kata USMC dalam sebuah pernyataan.

Hal itu dirancang untuk menyelamatkan pilot jika mereka menjadi tidak mampu atau kehilangan kesadaran situasional, lanjut USMC.

Pertanyaan lain tentang kecelakaan itu masih dirahasiakan, yaitu mengapa pesawat itu tidak terlacak saat terus terbang di atas Carolina Selatan dan bagaimana mungkin diperlukan waktu lebih dari satu hari untuk menemukan jet tempur besar yang terbang di daerah berpenduduk padat, meskipun di pedesaan.

USMC mengatakan, fitur yang menghapus komunikasi aman pesawat jika terjadi ejeksi, yaitu fitur yang dirancang untuk melindungi lokasi pilot dan sistem sensitif pesawat, juga telah mempersulit upaya untuk menemukan pesawat tersebut.

“Biasanya, pesawat dilacak menggunakan radar dan kode transponder,” kata USMC. “Setelah pilot keluar, pesawat dirancang untuk menghapus semua komunikasi yang aman.”

Kabar baiknya, lanjut USMC, dengan fitur itu pesawat telah menghindarkan diri dari tabrakan atau jatuh di pemukiman padat penduduk.

Insiden ini masih dalam penyelidikan. Hasil investigasi resmi dewan mungkin memerlukan waktu berbulan-bulan, pungkas USMC.

-RNS-

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *