Gedung Putih: Rusia sedang mencari pasokan senjata dari Korea Utara

Kim Jong-un dan Vladimir PutinReuters

AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Rusia sedang mencari pasokan senjata dari Korea Utara untuk digunakan dalam perang melawan Ukraina. Hal ini dikatakan oleh Juru Bicara Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby kepada wartawan pada hari Rabu, seperti diwartakan Kyodo News.

Menurut kelompok anggota PBB yang dipimpin AS, hal itu merupakan pelanggaran terhadap resolusi Dewan Keamanan.

“Kami mendapat informasi baru, bahwa perundingan senjata antara Rusia dan DPRK secara aktif mengalami kemajuan,” ujar Kirby.

Presiden Rusia Vladimir Putin dan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un telah bertukar surat, berjanji untuk meningkatkan kerja sama bilateral mereka sejak kunjungan Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu baru-baru ini ke Pyongyang, lanjut Kirby.

“Setiap kesepakatan senjata antara DPRK dan Rusia akan secara langsung melanggar sejumlah resolusi Dewan Keamanan PBB,” tegasnya.

Amerika Serikat, Jepang, Korea Selatan dan Inggris mengatakan bahwa Rusia sedang merundingkan kesepakatan potensial untuk sejumlah besar dan berbagai jenis amunisi dari DPRK untuk digunakan melawan Ukraina. Demikian bunyi pernyataan bersama yang dikeluarkan oleh Duta Besar AS untuk PBB Linda Thomas-Greenfield.

Pernyataan itu juga mendesak Korea Utara untuk menghentikan perundingan senjatanya dengan Rusia. Sebab, Korea Utara telah berulang kali menyatakan secara terbuka bahwa mereka tidak akan menjual senjata ke Rusia.

Langkah ini dilakukan setelah Shoigu menghadiri parade militer di Pyongyang pada bulan Juli untuk memperingati 70 tahun penandatanganan gencatan senjata Perang Korea.

“Sangat memalukan bahwa Federasi Rusia – yang merupakan anggota tetap Dewan Keamanan PBB– berpartisipasi dalam perayaan atas upaya terus menerus DPRK dalam mengembangkan sistem pengiriman senjata nuklir,” kata pernyataan itu.

Bersamaan dengan dugaan kesepakatan senjata dengan Korea Utara, juga dikatakan bahwa Rusia telah membeli drone dari Iran yang bertentangan dengan resolusi Dewan Keamanan PBB dan menggunakan drone tersebut dalam serangan terhadap Ukraina.

Mereka selanjutnya menyebut pola perilaku Rusia tidak dapat diterima dan menuduh Moskow mengabaikan tanggung jawabnya sebagai anggota Dewan Keamanan dan mendukung rezim yang terlibat dalam proliferasi nuklir.

Setelah kunjungan Shoigu ke Pyongyang, sekelompok pejabat Rusia lainnya melakukan perjalanan ke ibu kota Korea Utara untuk berdiskusi mengenai potensi kesepakatan senjata, kata Kirby.

Ia menambahkan bahwa diskusi tingkat tinggi mungkin akan berlanjut dalam beberapa bulan mendatang.

“Dalam upayanya mendapatkan senjata-senjata ini, Rusia akan melanggar resolusi Dewan Keamanan, termasuk resolusi yang dipilih oleh Rusia sendiri,” kata Thomas-Greenfield dalam penjelasannya di Markas Besar PBB di New York.

Kimihiro Ishikane, Duta Besar PBB untuk Jepang, mengatakan penting untuk memperjelas bahwa kesepakatan senjata apa pun antara Korea Utara dan Rusia tidak dapat diterima. “Ini harus menjadi masalah yang melibatkan Ukraina dan juga nonproliferasi nuklir,” ujarnya.

Media Korea Utara melaporkan pada 15 Agustus bahwa Putin dan Kim saling bertukar telegram ucapan selamat untuk memperingati 78 tahun berakhirnya pemerintahan kolonial Jepang di Semenanjung Korea.

-RNS-

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *