AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Salah satu tank medium terbaik andalan Uni Soviet pada era Perang Dunia II adalah T-34. Tank berbobot 26 ton ini memiliki lapis baja yang bagus, mobilitas, dan kekuatan tembakan. Kapabilitasnya terus ditingkatkan sehingga menjadikannya sangat efektif di medan pertempuran.
Seri produksi pertama T-34 dilengkapi dengan kanon 76,2 mm dan pada varian berikutnya menggunakan kanon kaliber 85 mm. Varian yang disebut terakhir ini lebih banyak berkiprah dalam berbagai peperangan pasca PD II, seperti perang di Angila, Korea, dan Timur Tengah.
Hingga tahun 2003 atau setelah berusia 63 tahun sejak produksi pertama dilaksanakan tahun 1940, tank T-34 masih digunakan. Sejumlah T-34 dengan kanon 85 mm bahkan masih digunakan hingga saat ini di sejumlah negara, memperpanjang masa pakai tank ini lebih dari 80 tahun.
Pada saat pertama kali diperkenalkan, T-34 dengan kanon 76,2 mm (3 inci) diakui sebagai kanon terkuat daripada meriam-meriam lain sezamannya.
Lapis baja T-34 dibuat miring 60 derajat untuk memberikan perlindungan yang lebih baik terhadap senjata antitank.
T-34 diakui banyak jenderal Jerman saat berlangsungnya Operasi Barbarossa, meskipun lapis baja dan persenjataannya berhasil dilampau di kemudian hari.

Salah satu keunggulan dari T-34 juga adalah biaya yang rendah dan waktu produksinya yang cepat. Hal ini pula yang menyebabkan Panzer Jerman kewalahan. T-34 merupakan bagian penting dari divisi mekanis yang membentuk tulang punggung “strategi pertempuran dalam” yang dikembangkan Uni Soviet kala itu.
Uni Soviet tercatat berhasil membangun lebih dari 80.000 unit T-34 dalam berbagai varian. Jumlah ini sangat besar, walaupun Uni Soviet juga harus kehilangan puluhan ribu unit dalam pertempuran melawan Angkatan Darat Jerman.
T-34 ditenagai oleh mesin Diesel Model V-2-34 38,8 L V12 yang menghasilkan daya 500 hp (370 kW). Dengan mesin tersebut tank dapat melaju pada kecepatan tertinggi 53 km/jam (33 mph).
Tank dilengkapi dengan girboks 4 kecepatan menggunakan gigi 4 di jalan raya dan gigi 3 di medan pertempuran.
Pada perkembangan berikutnya T-34 menggunakan menggunakan girboks 5 kecepatan memungkinkan T-34 menggunakan gigi 4 di medan perang dengan kecepatan mencapai 30 km/jam.
Tekanan tanah (ground pressure) T-34-76 yang sekitar 0,72 kg/cm² serta trek rantainya yang lebar memungkinkan performa superior di jalan tanah dibandingkan dengan tank lainnya.
Meski demikian, tidak ada jaminan bagi T-34 untuk tidak terjebak dalam lumpur. Contohnya ketika Brigade Tank Pengawal ke-21 dengan 32 T-34 diperintahkan untuk melanjutkan perjalanan menuju Tolstoye Rogi pada tanggal 4 Februari 1944, sebanyak 19 dari 32 T-34 terjebak dalam lumpur dan mengalami kerusakan mekanis.
Saat Jerman melancarkan Operasi Barbarossa (invasi ke Uni Soviet) pada 22 Juni 1941, saat itu Uni Soviet memiliki 967 tank T-34 dan 508 tank KV. Keberadaan tank T-34 dan KV tersebut mengejutkan secara psikologis tentara Jerman, yang mengira akan menghadapi musuh yang lebih rendah kekuatannya.
Awalnya, Angkatan Bersenjata Nazi Jerman (Wehrmacht) mengalami kesulitan besar dalam menghancurkan T-34 dalam pertempuran. Penyebabnya, karena persenjataan antitank standar Jerman saat itu terbukti tidak efektif melawan lapis bajanya yang tebal dan miring.
Sebaliknya, armada T-34 Uni Soviet berhasil menghancurkan berbagai kendaraan tempur dan persenjataan Wehrmacht.
Dalam satu insiden diceritakan, satu T-34 Soviet dihantam lebih dari 30 kali oleh pasukan Wehrmacht menggunakan senjata antitank Jerman kaliber 37 mm dan 50mm. Namun tank itu selamat dan melaju kembali ke jalurnya sendiri beberapa jam kemudian.
Ketidakmampuan untuk menembus armor T-34 menyebabkan meriam antitank standar Jerman, PaK 36 37 mm, dijuluki Panzeranklopfgerät alias pengetuk pintu tank, karena tidak bisa melumpuhkan T-34.
Nazi Jerman pun terpaksa mengerahkan senjata lapangan 105 mm dan senjata antipesawat 88 mm untuk menggempur armada T-34 Uni Soviet.
Selain digunakan oleh Tentara Merah Soviet, T-34 digunakan oleh banyak negara di dunia.
Pada 2019 lalu, Rusia sebagai penerus Uni Soviet, membeli ulang sekitar 31 tank T-34 dari Laos untuk ditampilkan dalam Parade Militer Hari Kemenangan di tahun itu.
-RNS-