Pasukan Khusus Jerman dalam Perang Dunia II

Brandenburger_ Germany Special Forces in WW IIWW II

AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Angkatan Darat Jerman dalam Perang Dunia II merupakan salah satu formasi tempur terhebat dalam sejarah. Hal yang tidak dapat dipisahkan dari kesuksesan ini adalah sejumlah unit elite yang melaksanakan tugas khusus guna membantu formasi peperangan Jerman yang sangat cepat.

Unit-unit tersebut dipimpin oleh komandan yang inovatif, sangat terlatih, dan dilengkapi persenjataan terbaik yang pernah ada. Taktik dan pelatihan yang diterapkan pada pasukan khusus Jerman, kemudian ditiru oleh pasukan khusus negara-negara lain, termasuk Amerika Serikat dan Inggris.

Dalam Perang Dunia II, Jerman menerapkan Perang Kilat (Blitzkrieg) yaitu serangan cepat dan menentukan untuk memenangkan peperangan. Taktik ini menggabungkan daya tembak yagn hebat dari pasukan tank, artileri, dan dukungan udara.

Dengan cara tersebut, pasukan Jerman melakukan pengepungan untuk kemudian menghancurkan musuh. Untuk dapat melakukan cara ini tentu saja diperlukan pelatihan tingkat tinggi, koordinasi sumber daya di medan pertempuran dan peran pasukan khusus, mengutip buku “Ultimate Special Forces” (DK, 2003).

Pasukan Khusus Jerman, Brandenburger, dilatih secara khusus dalam komando khusus yang beroperasi dalam grup kecil. Mereka seringkali melaksanakan tugasnya dalam penyamaran untuk memasuki daerah musuh secara rahasia dan kemudian menduduki sasaran kunci.

Pada bulan Mei 1940, contonya, Brandenburger yang menyamar menggunakan seragam Angkatan Darat Belanda berhasil menyusup ke Belanda dari Jerman.

Mereka berhasil merebut sebuah jembatan di atas Sungai Meuse untuk memberi jalan bagi tank-tank Jerman melintas dan menginvasi Belanda.

Sementara itu, Pemimpin Nazi Jerman Adolf Hitler (1889-1945) yang merupakan veteran Perang Dunia I, dengan cepat mengadopsi ide untuk mengirimkan pasukan ke medan tempur dengan menggunakan parasut. Hal ini untuk menghindari stagnasi sistem parit seperti yang pernah dialaminya.

Oleh karena itu, sewaktu Perang Dunia II pecah pada bulan September 1939, Jerman sudah memiliki unit lintas udara yang terlatih, yaitu Divisi Parasut ke-7.

Efektivitas pasukan ini berhasil dibuktikan pada bulan Mei 1940 saat Jerman merebut Benteng Eben Emael milik Belgia dan jembatan kunci dekat Rotterdam, Belanda.

Dipimpin oleh Jenderal Kurt Student (1890-1978), para prajurit pasukan lintas udara Jerman menunjukkan sikap tangguh dan disiplin yang tinggi. Para prajurit ini telah didoktrin untuk menjadi prajurit Para yang agresif.

Pasukan didikan Student berhasil membuktikan diri sebagai pejuang Jerman yang sangat tahan banting.

Pada Mei 1940, sebanyak 10.000 prajurit pasukan linud Jerman berhasil merebut Pulau Kreta di Mediterania. Walaupun jatuh banyak korban, para prajurit bisa bertahan sampai bala bantuan datang. Pertempuran selama delapan hari ini memakan korban sebanyak 3.000 jiwa.

Pada tahun 1943, pasukan Para yang dipimpin Otto Skorzeny melakukan misi menyelamatkan diktator Italia Benito Mussolini (1883-1945) yang ditahan partisan Italia di sebuah hotel di Gran Sasso, Italia.

Dengan menggunaka parasut, pasukan Skorzeny mendarat di dekat hotel dan kemudian menyerbu ke dalam hotel dan berhasil membebaskan Mussolini.

Operasi pasukan linud Jerman berlanjut di sepanjang Perang Dunia II.

Namun setelah kekalahan di Pulau Kreta, tidak ada lagi pendaratan skala besar pasuikan khusus Jerman.

-JDN-

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *