Mengenal teknologi Naval Cockpit rancangan Leonardo dan Seastema

Naval CockpitMarina Militare
ROE

AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Selama lebih dari 60 tahun Leonardo telah menjadi mitra strategis Angkatan Laut Italia dan menjadi titik acuan utama untuk angkatan laut di banyak negara. Sistem yang telah dikembangkan perusahaan mencakup lebih dari 40% komponen kapal yang saat ini ada di lebih dari 1.000 kapal di seluruh dunia.

Sementara Seastama (anak perusahaan Fincantieri, Italia) adalah pemasok global profesional teknologi otomasi kelautan terintegrasi yang menyediakan solusi skala penuh pada kapal dalam berbagai skala. Keahlian perusahaan ini meliputi otomatisasi kapal, sistem navigasi terpadu, komunikasi, dan sistem taktis elektronik.

Boeing_contoh2

Salah satu teknologi modern yang dikembangkan oleh kongsi kedua perusahaan tersebut adalah apa yang disebut dengan “Kokpit Laut” atau Naval Cockpit. Apa itu?

Secara umum, Naval Cokpit adalah perwujudan sebuah lingkungan kerja (workstation) terintegrasi di kapal, khususnya di bagian anjungan, atas permintaan khusus dari Angkatan Laut Italia (Marina Militare).

Permintaan tersebut berupa instrumen panduan baru yang mampu menyediakan fungsi penting kemudi dan pertempuran dengan awak yang minimal. Fitur inovatif desain kapal perang ini sedang dimasukkan ke dalam tujuh kapal patroli lepas pantai yang sedang dibangun pemerintah Italia untuk Marina Militare, sebagai bagian dari program modernisasi armada khusus, bersama dengan kapal amfibi LHD Trieste dan kapal logistik LSS Vulcano.

Perusahaan mengatakan, penelitian desain dan produksi yang masuk ke dalam sistem ini merupakan sebuah pekerjaan besar. Namun, pekerjaan ini ditopang oleh arsitektur dan beberapa fitur yang sama dengan CMS (Combat Management System) ATHENA MK.2/SADOC4 buatan Leonardo yang menjadi dasarnya.

Pada dasarnya Naval Cockpit hanya membutuhkan dua operator yaitu pilot dan kopilot serta seorang komanan. Mereka akan melakukan operasi laut sebagai perwira anjungan dan komandan. Lingkungan kerja baru ini sekaligus memungkinkan pengoperasian mesin, kemudi, sistem platform, dan beberapa fungsi CMS termasuk peralatan senjata.

Naval Cockpit
Leonardo Electronics Naval Cockpit, Komandan duduk di belakang Pilot dan Kopilot.

Di anjungan yang baru, komandan duduk di belakang kedua operator di kursi khusus yang dilengkapi dengan sistem kontrol. Sistem kontrol ini mampu berinteraksi dengan dua operator di depan dan dengan para operator CMS. Sementara pilot dan kopilot bertugas mengatur joystick, engine throttle, dan tombol kontrol seperti yang biasa kita lihat kokpit pesawat.

Pada konsol tengah di antara kedua operator juga terdapat sejumlah sakelar, lampu-lampu, dan tombol-tombol lain dengan fungsinya masing-masing.

Meski demikian, konfigurasi Naval Cockpit tetap dapat dikatakan unik karena dirancang untuk kapal perang sesuai dengan keinginan pelanggannya, dalam hal ini angkatan laut.

Konfigurasi ini berdampak langsung pada tata letak dan pemasangan interior anjungan dan pengoperasian kapal. Kokpit ini juga menjadi dasar bagi pengembangan lingkungan kerja dan sistem terintegrasi masa depan yang mungkin akan mengalami penyempurnaan lagi.

Revolusi yang ditimbulkan oleh Naval Cockpit cukup signifikan. Sebab dapat dirasakan pengurangan jumlah minimum kru di anjungan yang biasanya minimal mengakomodir 10 hingga 11 orang. Jumlah ini terdiri dari seorang komandan, 2-3 juru mudi, seorang perwira komunikasi, dan tujuh operator CMS.

Sementara pada konfigurasi Naval Cockpit jumlah kru dapat dikurangi menjadi tujuh orang saja. Terdiri dari komandan, pilot, kopilot, dan empat operator CMS (komunikasi, radar, sonar, dan lainnya).

Naval Cockpit juga memiliki akses langsung ke senjata pertahanan titik yang memungkinkan kru dapat segera bereaksi atas perintah komandan terhadap ancaman mendadak seperti kapal musuh yang bergerak cepat atau datangnya pesawat tak berawak.

Menghadapi ancaman yang lebih kompleks, akses langsung ke sensor dan senjata secara signifikan dapat menghemat waktu. Operator kokpit memiliki akses ke semua sensor optik kapal untuk fungsi kemudi dan manuver, baik di laut maupun saat masih berada di pelabuhan. Setiap unit memiliki pemandangan ke sekeliling dengan kamera siang, malam, dan inframerah.

Untuk pelatihan kru, perusahaan menjelaskan, dapat dilakukan pelatihan personel selama pelayaran.

Hal ini memungkinkan pelatihan di tempat kerja bagi petugas yang dipilih untuk tugas tersebut. Proses pelatihan juga dapat dilaksanakan di institusi Angkatan Laut Italia yang telah dilengkapi dengan sistem simulasi maupun di fasilitas Leonardo dan Seastema.

Naval Cockpit memiliki ruang untuk evolusi lebih lanjut dengan sistemnya yang telah dirancang untuk mengakomodasi perkembangan semacam itu dengan mudah, tambah perusahaan.

Yang paling menonjol dari hal tersebut adalah dilibatkannya penggunaan Augmented Reality (AR) untuk menampilkan fitur manuver baru serta presentasi informasi yang lebih efektif.

Fitur-fitur ini akan menjadi lebih mudah diintegrasikan dan terjangkau seriring dengan semakin matangnya teknologi yang dikembangkan.

Sistem Naval Cockpit telah diintegrasikan pada kapal patroli lepas pantai multiguna Angkatan Laut Italia yang baru yaitu Paolo Thaon di Revel, kapal pertama dari tujuh kapal sejenis yang akan dibangun untuk Marina Militare.

Leonardo telah melakukan studi di sektor ini, yang di masa depan akan melihat pertukaran infromasi yang berkelanjutan dengan Angkatan Laut Italia berdasarkan pengalaman operasional melalui kapal-kapal yang dilengkapi dengan Kokpit Laut baru ini.  

-RNS-

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *