AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Angkatan Udara AS (USAF) berhasil menembak jatuh balon mata-mata China di lepas pantai Carolina Selatan pada Sabtu, 4 Februari 2023.
Dua jet tempur siluman F-22 Raptor dari Wing Tempur ke-1 di Pangkalan Bersama Langley Eustis, Virginia diberi mandat untuk untuk mengeksekusi balon tak diundang yang masuk ke wilayah udara AS sejak hari Rabu itu.
Penembakan balon mata-mata, yang diklaim China sebagai balon sipil pemantau cuaca itu, dilakukan oleh F-22 menggunakan rudal udara ke udara AIM-9X Sidewinder.
Kedua pesawat yang dikerahkan, menggunakan tanda panggilan (call sign) FRANK01 dan FRANK02, untuk menuntaskan tugas yang diembankan kepada kedua pilot.
Tidak dijelaskan, pesawat mana yang melakukan penembakan, pesawat pertama atau kedua. Yang jelas, penembakan pertama kali F-22 terhadap sasaran di udara itu telah mengakhiri spekulasi selama berhari-hari.
Tanda panggilan FRANK01 dan FRANK02 yang digunakan F-22 dalalm misi tersebut, merupakan penghormatan kepada Letnan Frank Luke Jr., Ace Perang Dunia 1 dan penerima Medal of Honor.
Luke dijuluki sebagai “Penghancur Balon Arizona ” setelah berhasil menghancurkan 14 balon Jerman dalam 17 hari. Nama Luke juga dipakai sebagai nama Pangkalan Angkatan Udara di Arizona, untuk menghormatinya.
Penembakan terhadap balon China yang berukuran lebar kira-kira 90 kaki (hampir 30 m) itu dilaksanakan pada pukul 14:39 waktu bagian Timur saat balon sudah berada di atas perairan laut, kata pejabat senior pertahanan dan militer AS.
“Kami berhasil menurunkannya, dan saya ingin memuji penerbang kami yang melakukannya,” kata Presiden Joe Biden setelah suksesnya penembakan balon China.
Selain F-22, USAF juga mengerahkan jet tempur F-15 dari Pangkalan Garda Nasional Barnes Air, Massachusetts. Sejumlah pesawat tanker juga dikerahkan, kata Pentagon.
Dijelaskan bahwa penembakan terhadap balon mata-mata China dilakukan oleh F-22 dari ketinggian 58.000 kaki. Sementara balonnya sendiri berada di ketinggian antara 60.000 hingga 65.000 kaki.
Sebelum penembakan dilakukan, otoritas AS telah memerintahkan penutupan sementara bandara-bandara terdekat untuk mengosongkan ruang udara.
“Atas arahan Presiden Biden, pesawat tempur AS dari Komando Utara AS berhasil menjatuhkan balon pengintai ketinggian tinggi yang diluncurkan oleh dan milik Republik Rakyat Tiongkok (RRT) di atas perairan lepas pantai Carolina Selatan di wilayah udara AS,” kata Menteri Pertahanan Lloyd J. Austin III.
Ditambahkan bahwa balon yang digunakan oleh RRT itu dalam upaya untuk mengawasi situs-situs strategis di benua Amerika Serikat.
Balon itu pertama kali memasuki zona identifikasi pertahanan udara (ADIZ) AS di dekat Alaska pada 28 Januari, di utara Kepulauan Aleutian dan bergerak melintasi daratan, kata seorang pejabat senior pertahanan.
Komando Dirgantara Amerika Utara (NORAD) sudah terbiasa mengawal pesawat tempur asing untuk dari ADIZ AS yang berfungsi sebagai penyangga pelindung di luar wilayah udara AS.
Namun untuk balon ini, dia terus terbang bahkan ketika AS melacaknya, kata pejabat itu.
Balon memasuki wilayah udara Kanada pada 30 Januari yang dilindungi bersama oleh AS dan Kanada melalui NORAD. Setelah itu dia masuk kembali ke wilayah udara AS di Idaho utara pada 31 Januari.
F-22 dari Pangkalan Angkatan Udara Nellis, Nevada dikerahkan pada tanggal 1 Februari ketika pejabat pertahanan senior mengatakan bahwa AS mempertimbangkan untuk menembak jatuh balon di atas Montana.
Untuk diketahui, di Montana terdapat Pangkalan Angkatan Udara Malmstrom, di mana salah satu situs rudal balistik kontinental nuklir internasional AS (ICBM) berada.
“Setelah melakukan analisis yang cermat, komandan militer AS memutuskan bahwa untuk menjatuhkan balon di atas daratan dapat menimbulkan risiko yang tidak semestinya bagi orang-orang di wilayah yang luas,” kata Austin.
Dengan tidak dilakukannya penembakan terhadap balon China hingga tanggal 2 Februari, tulis Air & Space Forces Magazine, telah mendorong kekhawatiran di Kongres.
Munculnya balon itu pun telah menyebabkan pembatalan jadwal kunjungan Menteri Luar Negeri Antony Blinken ke China, yang seharusnya dilakukan pada tanggal 3 Februari. Padahal, kunjungan tersebut akan menjadi kunjungan tingkat kabinet pertama dari pemerintahan Biden ke China.
Setelah pemberitaan mengenai balon China mencuat di berbagai plaform media, China pun memberikan tanggapannya.
“China menyesalkan pesawat itu tersesat ke Amerika Serikat karena force majeure,” kata Kementerian Kuar Negeri China dalam sebuah pernyataan pada 3 Februari.
Namun pejabat AS tidak mempercayai pernyataan itu dan menyatakan bahwa balon tersebut adalah aset mata-mata China.
Menteri Pertahanan Austin juga menegaskan bahwa penerbangan balon yang masuk ke wilayah udara AS itu merupakan sebuah pelanggaran yang tidak dapat diterima terhadap kedaulatan negara AS.
Namun sejatinya, masuknya balon tak berizin ke wilayah udara AS bukanlah yang pertama kali terjadi.
salah satu p[ejabat Pentagon mengatakan, balon pengintai China telah memasuki wilayah udara AS sejak pemerintahan Presiden Donald Trump, walau AS tidak mengakui insiden tersebut.
“Dan Amerika bukanlah satu-satunya negara yang menjadi sasaran,” ujarnya.
Selama beberapa tahun terakhir, balon China telah terlihat di negara-negara lain di lima benua, termasuk di Asia Timur, Asia Selatan, dan Eropa.
-RNS-