F-86 Sabre, Jet Tempur Terbanyak Diproduksi Selama Perang Dingin (Bagian 1)

F-86 SabreIstimewa
ROE

AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Dari sekitar 53 negara yang ingin mengoperasikan F-86 Sabre, tidak semua terkabulkan. Argentina dan Israel yang kala itu siap berperang, gagal mendapatkan pesawat paling laris di zamannya karena keputusan politik ini.

Bila Argentina gagal mendapatkan 36 pesawat F-86 karena Presiden Juan Peron lari setelah pecahnya kemelut politik, lain lagi kisah kegagalan Israel. Awalnya AU Israel (Heyl Ha’Avair) mengagendakan pembelian 24 unit F-86 keluaran Kanada lengkap dengan arsenalnya.

Boeing_contoh2

Keluaran Kanada dipilih karena dinilai Israel lebih unggul dari buatan pabrik aslinya North American. Namun menyusul mencuatnya konflik Timur Tengah tahun 1956 yang dikenal dengan Suez Crisis antara Israel dan Mesir, membuat rencana ini jadi berantakan.

Kanada sebagai pemasok, secara sepihak membatalkan jual beli ini karena berprinsip enggan terlibat dalam konflik secara langsung. Di mata Kanada, lebih baik kehilangan satu sahabat di Timur Tengah dari pada beberapa negara Arab, dan ini dinilai sebagai keputusan yang cerdas.

Namun kedua negara yang dikecewakan tidak putus asa. Karena tuntutan keadaan, mereka kemudian berpaling ke Prancis. Jika Israel akhirnya memilih Dassault Mystere IV, Argentina lebih cenderung memilih Super Etendard. Kedua pesawat keluaran Prancis ini terlibat aktif selama Perang Dingin.

Kehebatan F-86 yang dirancang dan dibangun pasca PD II menjadi pembicaraan hampir di semua level petinggi AU di sejumlah negara. Jenis pesawat yang dirancang Edgar Schmued ini mempunyai bentuk kecil dengan performa tinggi.

Pesawat yang terbang perdana 1 Oktober 1947 ini dirancang sebagai pesawat tempur bertempat duduk tunggal. Namun demikian pesawat F-86 juga mampu terbang tinggi sehingga juga cocok sebagai escort atau pembom tempur. Sehingga tidak salah bila beberapa negara menginginkan F-86 sebagai tulang punggung angkatan udaranya.

Karena popularitasnya terus naik dan laku bak pisang goreng, sampai-sampai dua negara yaitu Kanada dan Australia, membeli lisensinya agar dapat memproduksi sendiri.

Oleh Kanada pesawat ini diberi merek dagang CL-13 Sabre dan diproduksi hingga 1.813 unit, sementara Australia menamakannya Avon Sabre karena ditenagai mesin CAC Avon-26 berdaya dorong 7.500 pon.

Meski cuma diproduksi 112 unit, jenis ini merupakan F-86 terbaik mengingat 60% strukturnya dirancang-bangun ulang guna mampu menggotong dua laras kanon 30 mm Aden Gun. Jenis ini yang nantinya pada 1973 dioperasikan TNI AU sebanyak 23 unit setelah diboyong ke Tanah Air di bawah program Garuda Bangkit.

-FDP/Poetra-

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *