SAIA 90, jet tempur canggih Argentina yang tak pernah terwujud

Jet tempur Argentina SAIA 90Istimewa

AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Baru-baru ini Argentina telah menyatakan minatnya untuk mengakuisisi jet tempur JF-17 Thunder dari China dan berniat membangunnya di dalam negeri secara lisensi.

Di benua Amerika Latin, selain Brasil dengan Embraer-nya, Argentina juga dikenal memiliki industri dirgantara mumpuni.

Namun industri tersebut kini tengah terpuruk karena masalah finansial sehingga tak sanggup mengembangkan jet tempur secara mandiri.

Berdasarkan sejarahnya, Negeri Tango ini telah memiliki pabrik pesawat sejak 1927 bernama Fábrica Militar de Aviones (FMA) yang kini bersalin nama menjadi Fábrica Argentina de Aviones SA (FAdeA), berlokasi di Córdoba.

Produk pesawat mereka yang terkenal di antaranya adalah jet tempur FMA IAe 33 Pulqui II (Arrow 2) tahun 1950, lalu pesawat antigerilya IA 58 Pucará terbang perdana pada 1969 dan jet latih tempur IA 63 Pampa II yang terbang perdana 1984.

Pada pertengahan1980-an diluncurkan proyek jet tempur baru untuk digunakan tahun 1990-an dengan nama proyek SAIA 90 (Argentine Integrated Weapons System of the 90).

Pengembangannya sendiri didasarkan pada kekalahan Argentina melawan Inggris dalam perang Malvinas tahun 1982.

Dicanangkan untuk membangun sebuah jet tempur multiperan canggih yang mampu menggantikan armada Dassault Mirage III/V milik AU Argentina.

Proyek SAIA 90 ini turut melibatkan pabrikan pesawat Dornier Jerman yang sebelumnya juga terlibat dalam pengembangan jet latih IA 63.

Untuk tujuan ini, pabrikan Jerman mengirimkan beberapa sketsa awal yang mempertimbangkan aspek generik jet tempur disesuaikan dengan persyaratannya AU Argentina.

Singkat cerita, desain jet tempur terpilih mengusung sayap delta dan dibekali dua mesin yang sanggup menembus kecepatan 2 Mach dan berkemampuan STOL (tinggal landas dan mendarat jarak pendek).

SAIA 90 akan dilengkapi persenjataan tetap berupa kanon Mauser 27 mm dengan 150 peluru, lalu dua AAM inframerah (tipe AIM-9L) dan empat AMRAAM semi-tersembunyi di bawah badan pesawat.

Jet akan dibekali radar yang mampu mendeteksi target 5 m2 pada jarak 90 km tanpa terdeteksi oleh CME musuh dan memiliki kemampuan untuk melacak 6 target yang dapat diidentifikasi dengan IFF Terkait.

Penerbangan pertama dari prototipe SAIA 90 direncanakan terjadi pada 1989 dan pengiriman produksi pertama untuk AU Argentina dua tahun kemudian.

Sayangnya proyek ini harus terhenti tanpa menghasilkan sebuah prototipe pun, karena FMA mengalami kesulitan keuangan.

Selain itu, ditambah bayang-bayang embargo komponen pesawat terutama dari Amerika Serikat atas tekanan Inggris.

-RBS-

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *