Super Hornet jajal ski-jump di India, mampukah mengalahkan Rafale M?

Boeing Super Hornet di IndiaBoeing

AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Boeing datang ke India untuk menunjukkan kemampuan jet tempur F/A-18E/F Super Hornet terbang dari fasilitas ski-jump milik India di negara bagian Goa, pekan lalu.

Jet tempur bermesin ganda yang dirancang khusus untuk beroperasi di kapal induk ini akan bertarung melawan kapabilitas Rafale M buatan Dassault, Perancis yang sama-sama punya spesialis beroperasi dari kapal induk.

Banyak pengamat menduga, Angkatan Laut India (IN) akan lebih tertarik dan memilih Rafale karena Angkatan Udara India (IAF) sudah lebih dulu memilih dan mengoperasikan 36 pesawat ini.

Dengan memiliki platform pesawat yang sama dari satu pabrikan, walau variannya berbeda, maka New Delhi akan memiliki keuntungan bernegosiasi lebih dalam dengan Paris.

Diberitakan media India, Rafale M dan Super Hornet, saat ini adalah dua jet tempur yang masuk dalam seleksi akhir program akuisisi jet tempur untuk IN.

Program pengadaan pesawat jenis ini sudah digagas oleh India sejak tahun 2013.

IN sudah memiliki kapal induk INS Vikramaditya buatan Rusia yang memiliki panjang 283 m.

India kemudian juga mampu membuat kapal induk sendiri dengan dimensi Panjang 250 m.

Berikutnya, India masih akan membuat kembaran INS Vikrant, yaitu INS Vishal untuk keperluan di masa depan.

Dari dua kapal induk yang telah dimiliki dan satu kapal induk yang akan dibuat, ketiganya punya kesamaan dalam hal landasan pesawat yang mengadopsi metode Short Take Off But Arrested Recovery (STOBAR).

Tidak dilengkapi ketapel seperti pada kapal induk nuklir Amerika Serikat, kapal induk India menggunakan metode ski-jump atau landasan tanjakan di bagian haluan kapal induk.

Sementara untuk pengereman pesawat menggunakan cara konvensional menggunakan kabel pengaman.

Maka dari itu, baik Rafale M maupun Super Hornet harus membuktikan kemampuannya sebelum dipilih untuk beroperasi di kapal induk India.

Super Hornet tak mustahil terpilih

Rafale sendiri sudah datang ke India dan menguji sistem ski-jump buatan pada akhir Januari lalu.

Sementara untuk Super Hornet telah melakukan uji pendahuluan di fasilitas Patuxent River, Maryland pada musim gugur 2020 lalu.

Super Hornet akan melakukan aksi lepas landas di ski-jump dengan muatan kosong dan membawa dua rudal Harpoon di sayap.

Boeing mengatakan, India memiliki keuntungan bila memilih Super Hornet karena pesawat ini memiliki sayap yang dapat dilipat, sedangkan Rafale tidak.

Keuntungan lainnya adalah dapat membawa senjata lebih banyak daripada Rafale M.

Kemudian, India juga diuntungkan dari segi interoperabilitas dengan produk peralatan Amerika lainnya yang telah dimiliki India seperti pesawat Boeing P-8I Neptune dan helikopter Sikorsky MH-60 Romeo maupun lainnya.

Keuntungan berikutnya, Super Hornet varian F tersedia dua kursi tandem, sedangkan Rafale M hanya satu.

Dari semua keuntungan yang akan didapat India, apakah New Delhi akan memilih Super Hornet?

Masih sulit untuk ditebak saat ini.

Namun perlu diingat, pembelian alutsista termasuk jet tempur sangat dipengaruhi dengan lobi-lobi dan kepentingan politik negara, dalam hal ini antara India dan Amerika Serikat.

Yang jelas, baik Perancis maupun Amerika Serikat pasti masing-masing akan berjuang keras agar kue belanja pesawat militer India bisa mereka dapatkan.

-Poetra Dirga-

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *