AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Jepang melalui pabrik Mitsubishi Heavy Industries (MHI) dengan Boeing dari Amerika Serikat akan melaksanakan peningkatan kapabilitas (upgrade) 98 unit jet tempur pencegat F-15J/DJ menjadi jet tempur pencegat super Jepang, F-15JSI (Japanese Super Interceptor).
Pasukan Udara Bela Diri Jepang (JASDF) saat ini mengoperasikan sekira 200 F-15J/F-15DJ (varian kursi tunggal dan tandem) yang tersebar di tujuh skadron.
Proses pengerjaan proyek ini sebagai implementasi dari kesepakatan Tokyo dengan Washington tahun 2019 melalui Foreign Military Sales (FMS) yang kini sebagian besar akan dilaksanakan melalui Direct Commercial Sales (DCS) oleh MHI selaku kontraktor utama.
Boeing akan membantu proses upgrade F-15J/DJ menjadi F-15JSI di MHI dengan memberikan retrofit drawings, dukungan peralatan, dan publikasi teknisnya sebagai sub kontraktur FMS.
Skup upgrade mencakup peningkatan radar baru jenis AESA (active electronically scanned array), sistem peperangan elektronik, persenjataan, dan komputer misi di kokpit yang dapat meringankan beban pilot serta meningkatkan kewaspadaan situasional.
Selain itu akan ditambahkan pula anti-spoofing GPS dan radio baru yang akan membantu meningkatkan akurasi navigasi penerbangan.
Radar AESA yang dipilih adalah radar multi-mode AN/APG-82(v)1 buatan Raytheon yang digunakan juga pada F-15E Strike Eagle milik Angkatan Udara Amerika Serikat (USAF).
Dalam paket upgrade ini, seperti Airspace Review kutip dari pemberitaan Defense News, Jepang telah disetujui untuk mendapatkan 103 unit radar baru termasuk cadangan, 116 komputer misi Advanced Disdplay Core Processor II buatan Honeywell, dan 101 sistem peperangan elektronik digital AN/ALQ-239 buatan BAE Systems.
Selebihnya, Badan Kerja Sama Pertahanan Keamanan (DSCA) Amerika Serikat tidak merinci lebih jauh paket-paket yang diminta Jepang yang telah disetujui dalam kerja sama ini.
Hanya saja, dalam gambar F-15JSI yang dirilis oleh Boeing, terlihat F-15JSI pesawat menenteng rudal AGM-158 JASSM (joint air-to-surface standoff missile) di bagian tengah gantungan persenjataan pesawat.
Jepang sendiri pada 2018 memang telah mengumumkan akan mengakuisisi rudal udara ke permukaan buatan Lockheed Martin ini untuk armada F-15.
Dengan proses upgrade ini, F-15J/DJ yang awalnya hanya berperan sebagai pesawat pencegat (fungsi pertahanan udara) saja, maka nantinya akan berperan multi sebagai penyerang sasaran darat juga.
Dengan demikian dapat dikatakan juga, si Eagle milik Jepang akan masuk ke komunitas klan Strike Eagle di antara para penggunanya di dunia.
F-15J/DJ merupakan serian F-15C/D Eagle yang sebagian besar diproduksi secara lisensi oleh MHI di Jepang dari pabrik McDonnell Douglas (kini telah melebur ke Boeing).
Proyek yang digagas tahun 1975 itu kemudian menghasilkan F-15J pertama yang terbang perdana pada 4 Juni 1980.
Tidak perlu waktu lama, setahun kemudian pesawat sudah mulai digunakan oleh JSDAF. Bila dihitung dari penerbangan perdananya, maka F-15J/DJ kini telah berusia 40 tahun.
Proses upgrade akan dilaksanakan mulai tahun 2022. Setelah diretrofit dan dimodernisasi, pesawat masih akan dapat digunakan untuk jangka waktu 20-30 tahun ke depan.
Roni Sontani