AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Korps Marinir Amerika Serikat (USMC) baru saja melakukan uji Sistem Senjata Defensif (Defensive Weapon System/DWS) pada pesawat hibrida Bell-Boeing MV-22 Osprey di lepas pantai Oahu, Hawaii.
DWS dipasang di lubang kargo pada perut belakang Osprey. Sistem ini dioperasikan melalui kendali jauh dari dalam yang mirip dengan video-game.
Seperti dilansir Defence Blog, DWS dibekali senapan mesin multilaras GAU-17 minigun kaliber 7,62 mm, sensor penargetan, dan stasiun penembak dari dalam kabin.
Tujuan pemasangan DWS adalah sebagai persenjataan pertahanan yang efektif untuk Osprey ketika mendekati zona pendaratan dekat dengan lawan.
Dengan DWS ini Osprey tak lagi membutuhkan pengawalan dari helikopter serang atau pesawat CAS lain seperti A-10 atau AV-8B dalam misinya.
Sebelumnya, MV-22 biasanya hanya dibekali senapan mesin M240 kaliber 7,62 mm yang menghadap ke belakang (pintu rampa) sebagaiĀ satu-satunya persenjataan.
DWS mulai dikembangkan oleh BAE Systems pada 2005 dengan sebutan Remote Guardian.
Sistem senjata pertahanan ini memberikan cakupan tembak 360 derajat. Bila tak digunakan senjata dapat ditarik ke dalam perut pesawat.
Namun ada risiko yang ditanggung dengan pemasangan DWS ini.
Pertama jumlah awak pasukan yang diangkut akan berkurang dari 24 orang menjadi sekitar 20 orang, karena ada tambahan tiga operator senjata sistem DWS.
Kedua bertambahnya bobot dengan pemasangan DWS ini, menjadikan muatan bawaan Osprey berkurang sekitar 360 kg.
Kabarnya, pada 2010 Korps Marinir AS telah membawa lima MV-22 dengan DWS untuk uji coba dalam palagan sebenarnya di Afganistan.
Selain DWS, pada 2013 Osprey juga telah diujicobakan membawa tabung roket berpemandu laser 2,75 inci di bagian depan pesawat.
Selain tabung roket tersebut, rudal ringan udara permukaan AGM-176 Griffin-B juga telah diujitembakan.
Andai kedua sistem senjata ini digabungkan, baik DWS dan roket 2,75 inci/rudal Griffin-B, maka USMC dapat menjadikan MV-22 Osprey sebagai mini gunship berawak enam orang termasuk pilot/kopilot, flight engineer, dan operator senjata.
Sebagai tambahan informasi, Angkatan Darat AS (US Army) juga pernah mengoperasikan helikopter gunship Boeing ACH-47 dalam perang Vietnam.
Rangga Baswara Sawiyya
editor: ron