In Memoriam Suharto Dipl. Ing, Dosen Penerbangan dan Perancang Pesawat Riset LAPAN

Suharto Dipl. IngResty Armenia

AIRSPACE-REVIEW.com – Nama Ir. Suharto Dipl. Ing mungkin tidak banyak yang tahu karena dia sesungguhnya orang yang low profile dan jarang sekali terekspose di layar kaca.

Suharto lebih banyak berkecimpung di belakang layar, bekerja dengan para perancang pesawat dan perintis industri penerbangan di negeri ini pada masanya.

Berita duka kemudian tersiar melalui grup pertemanan kalau beliau telah berpulang dengan tenang di rumahnya di kawasan Depok Timur, Jawa Barat pada Kamis siang, 8 Agustus 2019.

Perintis pesawat riset di Indonesia yang dikukuhkan oleh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) pada 2015 ini, menghembuskan napas terakhirnya pada usia 86 tahun.

Dua di antara peninggalan hasil karya Suharto Dipl. Ing dalam membuat pesawat terbang di Indonesia adalah pesawat latih LT-200 dan pesawat angkut ringan XT-400. Kedua pesawat tidak sampai diproduksi.

Experimental Transport (XT)-400 merupakan rancangan pesawat angkut ringan yang didesain Suharto sewaktu masih bekerja sebagai staf teknik dan tenaga ahli di PT Chandra Dirgantara semasa pemerintahan Presiden Sukarno.

Lulusan Institut Teknologi Bandung dan Universitas Teknologi Braunschweig Jerman ini membuat XT-400 sebagai pesawat terbang pertama Indonesia yang dirancang bersama para peneliti Lapan di tahun 1977-1978 melalui proyek Sainkon.

Sayang, proyek tersebut hanya sampai pada pembuatan mock-up pesawat dari kayu saja karena proyek yang dibiayai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) ini tidak berlanjut setelah berganti pemerintahan. (CNN Indonesia 20/4/2016).

Sebelumnya pada 1975, Suharto bersama Lapan membuat pesawat latih Lipnur Trainer (LT)-200 pada 1975. Suharto bisa bekerja sama dengan para peneliti Lapan karena waktu itu temannya yang bernama Raden Jacob Salatun menjabat sebagai Ketua LAPAN. Suharto juga berteman dengan Nurtanio Pringgoadisurjo dan Wiweko Soepono.

Proyek tersebut pun tidak berlanjut karena sesuatu hal. Walau begitu, Suharto tidak pernah patah semangat walau proyek-proyek yang dikerjakannya disetop oleh pemerintah saat itu.  

Ia tetap bergairah dalam berbagi ilmu serta mendampingi kelompok-kelompok peneliti yang melakukan riset pembuatan pesawat, hovercraft, maupun drone. Termasuk yang dikerjakan oleh para mahasiswa.

Suharto yang pernah satu tahun bekerja di pabrik pesawat Hamburger Flugzeugnau (Messerschmitt-Bölkow-Blohm) di Hamburg, Jerman ini pada masa pengabdian akhirnya menjadi dosen penerbangan di Institut Teknologi Dirgantara (ITD) sejak 1989.

Di ITD yang kemudian namanya berubah menjadi Sekolah Tinggi Teknologi Dirgantara (STTD) dan kini menjadi Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma (Unsurya) di Jakarta ini, ia mengajar mata kuliah Aircraft Design (Pencangan Pesawat)

Selama 30 tahun menjadi dosen, Suharto demikian dekat dengan para mahasiswa. Sang perancang yang sekaligus salah satu perintis industri pesawat terbang di Indonesia ini begitu melekat namanya di hati para mahasiswa Unsurya. Selamat jalan Pak Harto…

Roni Sontani

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *