AngkasaReview.com – Selandia Baru telah mengumumkan C-130J-30 Super Hercules buatan Lockheed Martin sebagai pemenang untuk menggantikan armada lama C-130H Hercules. Super Hercules menyisihkan Airbus A400M dan Embraer KC-390 dalam kontes yang digelar oleh pemerintah negeri di barat daya Samudra Pasifik ini.
Keputusan tersebut diumumkan oleh Menteri Pertahanan Selandia Baru Ron Mark pada Senin, 10 Juni lalu.
Langkah selanjutnya, pemerintah Selandia Baru akan meminta rincian penawaran harga untuk lima unit C-130J-30 yang akan dibeli.
Pembelian pesawat pengganti C-130H bagi Angkatan Udara Selandia Baru (Royal New Zealand Air Force/RNZAF) merupakan salah satu prioritas dari program Perencanaan Kapabilitas Pertahanan 2019.
Mark menyatakan, armada Hercules RNZAF harus segera mendapatkan pengganti mengingat pesawat angkut militer yang ditenagai empat mesin turboprop itu telah mengabdi di RNZAF sejak tahun 1960-an.
Menggunakan pesawat yang sudah berumur, ujar Mark, membutuhkan anggaran pemeliharaan yang terus bertambah. “Pesawat-pesawat itu telah sampai pada masanya untuk diganti dengan pesawat baru yang lebih tangguh.”
Tentunya, ada beberapa hal yang menyebabkan terpilihnya Super Hercules menjadi pengganti Hercules di RNZAF. Apakah itu?
“Setelah mempertimbangkan beberapa hal terkait jangkauan pesawat angkut, Super Hercules dipilih karena pesawat tersebut memiliki jangkauan jarak dan kapabilitas angkut muatan yang sesuai dengan kebutuhan yang telah ditetapkan oleh Kementerian Pertahanan Selandia Baru,” ujar Mark seperti diberitakan Reuters.
Ditambahkan, pesawat angkut taktis merupakan kebutuhan penting bagi Selandia Baru. Pesawat ini besar kegunaannya bagi komunitas dan negara seperti pergeseran personel maupun logistik di dalam negeri, kawasan Pasifik Selatan, Antartika, dan bahkan hingga ke seluruh negara.
“Kami butuh pesawat yang tangguh dan sudah diuji. Kami tidak mau mengambil risiko untuk salah satu kebutuhan penting dari kapabilitas militer kami,” lanjutnya.
Akan tetapi, walau sudah memilih C-130J-30 sebagai pemenang, Mark mengatakan keputusan tersebut belum final terkait berapa jumlah pasti pesawat yang akan dibeli. Karena, hal itu sangat tergantung dengan harga yang ditawarkan dan paket yang didapat nantinya.
Keputusan lanjutan mengenai hal ini, pungkasnya, akan ditetapkan tahun depan.
Sebelumnya, tawaran lain di tahun ini juga datang dari Kawasaki, Jepang dengan pesawat angkut C-2 serta kolaborasi dari Leonardo dan Northrop Grumman Australia yang menawarkan C-27J Spartan.
Selain akan mengganti 5 C-130H, RNZAF juga sedang mencari pesawat pengganti 2 B757-200.
Roni Sontani