ANGKASAREVIEW.COM – Setelah hampir empat dekade masa pengembangan, akhirnya helikopter serbaguna kelas medium-berat baru Rusia Mi-38T resmi memasuki jalur produksi. Heli versi produksi pertama Mi-38T telah mulai menjalani penerbangan perdana di minggu ketiga November 2018 dari kawasan pabrik Kazan Helicopters. Rencananya heli ini akan diserahkan pada Desember tahun ini kepada militer Rusia.
Sobat AR, helikopter Mi-38 mulai dikembangkan pada era 1980-an semasa Uni Soviet masih berdiri. Heli ini dirancang untuk menggantikan keluarga heli serbaguna legendaris Mi-8 dan Mi-17. Namun, dengan runtuhnya Uni Soviet pada Desember 1991, program pengembangannya menjadi terkatung-katung.
Sebagai penerus Uni Soviet, di awal milenium baru Rusia kembali melanjutkan pengembangan Mi-38. Purwarupa pertama mulai terbang pada 22 Desember 2003. Disusul purwarupa kedua bermesin Pratt & Whitney Canada seri PW127TS serta instrumen penerbangan buatan Barat, melakukan penerbangan pertamanya pada Desember 2010.
Total sebanyak empat purwarupa terbang dibangun oleh pabrik Kazan Helicopters. Semula, versi awal Mi-38 dipersiapkan untuk kebutuhan sipil dan telah mendapatkan sertifikasi pada 30 Desember 2015. Sayang, pesanan tak kunjung datang terlebih dengan adanya embargo dari Amerika Serikat atas larangan penggunaan komponen buatan Paman Sam dan sekutunya.
Rusia akhirnya memutuskan untuk melanjutkan prgram Mi-38 dengan mengembangkan versi militer serbaguna yang dinamai Mi-38T. Heli baru ini tak lagi menggunakan komponen Barat sedikitpun. Dikutip dari laman RBTH, Kementerian Pertahanan Rusia telah memesan batch pertama Mi-38T sekira 15 unit. Heli ini akan digunakan oleh Angkatan Udara dan Ruang Angkasa Rusia (VKS).
Sobat AR, untuk menggantikan Mi-8/17 yang telah proven, pastinya Biro Desain Mi menawarkan peningkatan kinerja yang lebih pada heli Mi-38T. Lalu apa kehebatan yang ditawarkan Mi-38T tersebut?
Pertama adalah volume kabin Mi-38T yang lebih besar, yakni 30 meter kubik dibanding Mi-8/17 yang hanya 23 meter kubik. Jumlah penumpang meningkat dari 24 menjadi 30 orang pada Mi-38T. Lalu kemampuan angkut muatan Mi-38T juga melonjak. Kapasitas muat internal naik dari 4 ton menjadi 5 ton dan kapasitas muatan eksternal naik dari 5 ton menjadi 6 ton.
Keunggulan lain yang ditawarkan Mi-38T adalah pengunaan sistem autopilot. Sistem onboar-nya memungkinkan Mi-38T untuk terbang, termasuk lepas landas, mendarat, dan melayang di ketinggian yang ditentukan secara otomatis. Mi-38T dilengkapi glass cockpit baru IBKO-38 buatan Transas dan cukup diawaki dua orang kru yakni pilot dan kopilot saja.
Untuk tenaga penggerak Mi-38T menggunakan sepasang mesin turboshaft Klimov seri TV7-117V yang memiliki daya 2.800 hp masing-masingnya. Mesin ini lebih kuat dibanding mesin Klimov VK-2500PS yang digunakan pada Mi-17 dengan daya 2.400 hp. Rotor utamanya dilengkapi enam bilah baling-baling dan empat bilah untuk rotor ekor yang terbuat dari bahan campuran fiberglass ringan dan kuat.
Kecepatan terbang maksimum Mi-38T mencapai 300 km/jam atau lebih cepat dibanding Mi-17 yang hanya 280 km/jam. Dengan tanki bahan bakar ekstra, jangkauan terbang ferry Mi-38T mencapai 1.300 km atau jauh meningkat dibanding Mi-17 yang hanya 800 km. Belum lagi ketinggian terbang maksimumnya, untuk Mi-38T mencapai 8.620 meter (7,895 meter dengan 1.000 kg muatan). Sedangkan Mi-17 hanya mencapai ketinggian maksimum 6.000 meter saja.
Segudang kelebihan Mi-38T memang tak menjadi jaminan untuk bisa mendulang sukses seperti pendahulunya yang menjadi heli terbanyak diproduksi di dunia. Situs resmi russianhelicopters.aero menyebut, gabungan produksi Mi-8/17 telah mencapai 12.000 unit dan digunakan oleh 100 lebih negara. Sebanyak 7.500 di antaranya diproduksi oleh pabrik Kazan Helicopters dan sisanya oleh pabrik Ulan Ude Aviation.
Di samping tengah menjalankan produksi kelompok pertama Mi-38T, kini Kazan Helicopters bersama dengan Biro Desain Mi sedang mengembangkan versi upgrade Mi-17V5/172. Versi terbaru keluarga Mi-17 ini masih memiliki peluang untuk menyerap pasar heli medium dunia hingga hingga 15-20 tahun ke depan dan bersaing dengan Sikorsky S-92, Leonardo AW101, maupun Avicopter Z-18A.
Rangga Baswara Sawiyya