ANGKASAREVIEW.COM – Teknologi pengembangan pesawat WiGE (Wing in Ground Effect) memang sudah lama, dipelopori oleh Uni Soviet dan Jerman di era 1960-an dan kemudian banyak negara yang melakukan riset yang sama. Mulai dari Amerika Serikat, Australia, Korea Selatan, China, termasuk Indonesia.
Akan tetapi, tapi tak satupun dari negara yang disebut itu memproduksinya untuk digunakan dalam peran militer. Yang membuat heboh, adalah tatkala Iran yang sekonyong-konyong mengumumkan telah memiliki tiga skadron operasional pesawat WiGE yang diberi nama Bavar 2. Hal ini menjadikan Iran negara pertama di dunia yang memiliki skadron WiGE operasional.
Penampakan barisan perahu terbang ini muncul bertepatan dengan perayaan Pekan Suci Pertahanan pada September 2010. Acara dihadiri oleh Menteri Pertahanan Iran Brigadir Jenderal Ahmad Vahidi saat peluncurannya di fasilitas angkatan laut Bandar Abbas di Teluk Persia dekat Selat Hormuz. Sobat AR, skadron Bavar 2 ini dioperasikan oleh Korps Garda Revolusi Islam (IRGC).
Yang membikin heboh lagi pernyataan Ahmad Vahidi kepada kantor berita FARS, bahwa Bavar 2 memiliki kemampuan siluman (stealth) dan dilengkapi senjata, night vision, serta perlengkapan pengintaian yang digunakan sebagai pesawat patroli dan intai maritim.
Klaim ini tentu saja banyak mendapat komentar miring di dunia maya, seperti halnya tatkala Iran menampilkan mock-up penempur siluman generasi lima F-313 Qaher tahun 2013.
Secara kasat mata Bavar 2 memang tampak seperti pesawat ringan swayasa (home builder) biasa. Bahkan mesinnya terekspos tanpa penutup, material pembalut tubuhnya diyakini tak memiliki kemampuan menyerap atau membiaskan pantulan gelombang radar.
Kemampuan silumannya mungkin saja didapat karena pesawat jenis WiGE bisa mengapung rapat di atas permukaan air/daratan sehingga bisa lolos dari tangkapan radar lawan. Klaim Bavar 2 dipersenjatai juga tak terlihat. Tidak ada dudukan atau cantelan untuk senapan mesin, roket, atau rudal.
Pengembangan Bavar 2 sendiri mulai dilakukan secara tertutup oleh industri pesawat terbang HESA sekitar tahun 2006 dan melaksanakan pelayaran di udara pertama tahun 2009.
Sejak kemunculannya, spesifikasi Bavar 2 tidak pernah dipublikasikan. Dari informasi terbatas yang tersebar di dunia maya, Bavar 2 memiliki panjang sekitar 8 meter dan lebar sayap 6,5 meter serta diawaki seorang pilot.
Generasi ke-2 Bavar sempat ditampilkan HESA dalam pameran kedirgantaraan Kish International Air Show 2014 yang dikenal juga sebagi Persian Gulf Airshow. Ini merupakan pameran penerbangan dua tahunan yang diselenggarakan di Kish Island, Iran. WiGE ini dinamai sebagai Bavar 4.
Seperti halnya Bavar 2, kokpit Bavar 4 juga mengadopsi model atap terbuka. Bagian inlet mesin sudah terbungkus cover sebagai penutup radiator. Dapur pacu mengandalkan mesin mobil Subaru EJ DOHC empat silinder liquid-cooled dilengkapi tiga bilah baling-baling.
WiGE kamikaze
Penampakan Bavar 2 ini mendapat perhatian Matt Gurney, kolumnis dan editor National Post dari Kanada yang juga seorang pengamat politik dan teknologi serta nara sumber televisi yang memperoleh gelar master di bidang sejarah militer.
Dalam tulisannya ia menyatakan bahwa Bavar 2 bisa menjadi ancaman serius terutama buat Amerika Serikat. Ia memberikan contoh seperti yang terjadi pada USS Cole tahun 2000. Kapal perusak kelas Arleigh Burke yang dilengkapi dengan radar AEGIS dan diperenjatai berbagai rudal mutakhir itu hampir saja tenggelam oleh sebuah rakit.
Saat USS Cole berlabuh, rakit kecil berawak tiga orang merapat dan segera meledakkan bahan peledak yang mereka bawa sehingga mengoyak lambung kapal menganga cukup besar. Kapal perang berharga miliaran dolar itu pun nyaris karam dibuatnya.
Lebih lanjut Gurney menuliskan, Bavar 2 sangat tidak signifikan digunakan dalam pertempuran konvensional karena dimensinya terlalu kecil dan terlalu ringan untuk dipersenjatai.
Meski begitu, bisa saja Bavar 2 ditujukan untuk serangan bunuh diri atau pada tingkat yang lebih mendasar pilot Iran akan bersedia untuk melakukan serangan tersebut mengingat pasukan yang tergabung dalam Korps Garda Revolusi Islam memiliki kesetiaan fanatik.
Gurney juga mengingatkan, saat Perang Dunia II Jepang mengerahkan 2.800 orang pilot angkatan laut yang bersedia untuk melemparkan pesawatnya ke kapal Sekutu atau populer dengan istilah kamikaze. Tentunya Iran dapat melakukan hal serupa bila keadaan memaksa.
Sobat AR, perlu dicatat penyebaran Bavar 2 sendiri difokuskan pada lokasi strategis yakni Selat Hormuz, kawasan terpenting untuk lalu lintas kapal laut khususnya ekspor migas serta lalu lalang kapal militer termasuk milik AS yang suka ‘bermain’ di sana.
Pendapat Gurney mungkin bisa menjadi benar. Namun, jika kita mengamati perkembangan teknologi (khususnya) pesawat tanpa awak Iran seperti UAV MALE Fotros dan Shahed-129 yang dipersenjatai roket dan rudal udara ke darat, maka bukan tak mungkin kelak Bavar 2 bisa dikembangkan menjadi pesawat tak berawak yang dilengkapi bom. Ini lebih murah dan logis bila dibandingkan dengan menyabung nyawa seorang martir di atasnya.
Dalam era di mana sering terjadi pertempuran asimetris dan telah membuktikan teknolgi sederhana mampu menghadapi kekuatan yang dilengkapi teknologi canggih sekalipun, Bavar 2 tentunya bisa menjadi senjata yang mematikan.
Sesuai dengan namanya Bavar yang berarti ‘Keyakinan’, nampaknya Iran memang memiliki keyaninan (percaya diri) akan kemampuan perahu terbangnya ini untuk menghadapi konflik yang selalu siap berkobar di kawasan teluk Persi tersebut.
RANGGA BASWARA SAWIYYA