ANGKASAREVIEW.COM – Anggun, ayu, cantik dan ramah, siapa sangka muslimah muda ini ternyata seorang personel Korps Wanita TNI Angkatan Darat (Kowad). Gadis kelahiran Pardamean Baru, Medan yang baru saja menginjak usia 22 tahun ini pun ternyata Kowad penerjun angkatan pertama di Korps Komando Strategis TNI Angkatan Darat (Kostrad).
Sebagai personel Kostrad, tentu Serda (K) Afriya Lubis pun wajib untuk mengikuti pendidikan Para Dasar yang digelar di Pusat Pendidikan Pasukan Khusus (Pusdikpassus), Batujajar, Bandung selama satu bulan. Sebelum menjajal langsung penerjunan untuk pertama kalinya, tentu ia harus melewati tahap-tahap program latihan yang telah dirancang.
Sebelum memulai debut terjun Para Dasar perdananya, ia dan peserta pendidikan lainnya dibekali dengan wawasan teoritis dan drill (latihan) kering. Hingga akhirnya, pengalaman berharga itu pun terjadi dari ketinggian 400 ft.
“Kesan pertama pas terjun yang pasti ada rasa tegang dan takut, tapi mumpung ada kesempatan yang dijalanin saja,” ungkap Staf Pribadi (Spri) Panglima Komando Strategis TNI Angkatan Darat (Pangkostrad) Letjen TNI Agus Kriswanto ini saat ditemui Tim Redaksi Angkasa Review, Selasa (3/4/2018).
Selama pendidikan Para Dasar, Afriya telah mengantongi tujuh kali penerjunan statik. Tanpa disadari, ternyata ia malah jatuh hati terhadap dunia terjun. Di saat sebagian orang kapok atau bahkan sama sekali tidak berminat dengan terjun, muslimah imut ini justru malah makin bersemangat untuk mengasah terus kemampuan terjunnya.
Baca Juga:
Aksi Terjun HALO dan HAHO dalam Rangkaian PPRC TNI
Tularkan Ilmu Free Fall, Naila dan Christopher Dapat Brevet Kehormatan Paskhas
Memasuki awal tahun 2017, tepatnya dibulan Februari, Afriya melanjutkan kebolehannya ke freefall (militer). Selama satu setengah bulan ia menjalani pendidikan dan berhasil membukukan 33 kali terjun (freefall). Biasanya, Afriya berlatih terjun di Stadion Pakansari, Cibonong, Bogor. Selebihnya, ia latihan di Pusdikpassus.
“Setelah itu baru saya ikut-ikut latihan seperti untuk pemeliharaan kemampuan (harpuan) atau terjun penyegaran (jungar). Pertama kali freefall itu di ketinggian sekitar 8.000-9.000 ft, loncatnya dari Mil Mi-17. Terjun malam saya juga pernah, baru dua kali, saat pendidikan Para Dasar sekali dan saat pendidikan Freefall sekali juga,” imbuhnya.
Walaupun hingga saat ini baru mengantongi sekitar 50an kali terjun, namun sosoknya kini mulai dikenal sebagai Kowad penerjun dari Kostrad. Menurutnya, selama ini Kowad penerjun memang berasal dari Komando Pasukan Khusus (Kopassus) dan telah cukup lama Kostrad belum memiliki Kowad penerjun.
Ia dan seorang Kowad leting (Belanda: lichting, Inggris: Class)-nya yang kini berdinas di Divisi Infanteri II Kostrad mencetak sejarah, karena mereka menjadi angkatan pertama Kowad Penerjun di Kostrad.
“Total ada empat orang Kowad Kostrad yang penerjun, saya dari Makostrad, di Divif II ada teman angkatan saya satu orang dan junior juga satu orang, di Divif I ada junior satu orang,” jabarnya.
Ia pun berharap generasi Kowad penerjun di Kostrad jangan sampai putus dan semoga akan terus ada regenerasinya. “Tentunya harus ada penerusnya Kowad Penerjun di Kostrad, jangan putus di kita. Jadi adik-adik selanjutnya harus ada yang terjun kayak kita,” ungkapnya. (ERY)