ANGKASAREVIEW.COM – Bandar Udara (Bandara) Morowali yang berada di Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah sudah siap diresmikan presiden Joko Widodo. Saat ini, fasilitas penerbangan baik dari sisi darat dan udara sudah terpasang dengan baik. Bahkan, beberapa maskapai telah melakukan operasional penerbangan di bandara ini.
Bandara Morowali mulai dibangun pada tahun 2007 dengan dana APBD atas inisiasi Pemerintah Daerah Kabupaten Morowali, setelah sempat terhenti. Selanjutnya, pada tahun 2010 dilakukan pembangunan fisik bandara, baik sisi udara seperti runway, taxiway dan apron serta sisi darat seperti terminal penumpang dan gedung perkantoran.
Pembangunan fisik tersebut dilakukan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan dengan menggunakan dana APBN. Pembelanjaan danapun tidak begitu lancar waktu itu, namun 3 tahun terakhir digenjot hingga tuntas.
Hingga tahun 2017, dana APBD yang sudah digunakan sebesar Rp 21 miliar. Sedangkan dana APBN yang digunakan sebesar Rp 345,591 miliar.
Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, Agus Santoso menyatakan bahwa setelah dikebut di tahun-tahun terakhir, saat ini Bandara Morowali sudah siap digunakan dan menunggu diresmikan.
“Bandara Morowali ini semula sekitar 10 tahun lalu dibangun pelan sekali mulai dari APBD, namun di 3 tahun terakhir kami kebut sehingga kini sudah bisa dioperasionalkan untuk membuka konektivitas di kawasan Kabupaten Morowali menuju kota-kota besar di sekitarnya seperti Palu, Poso, Kendari dan Makassar. Fasilitasnya sudah berfungsi dengan baik dan sumber daya manusianya juga sudah siap untuk mendukung keselamatan, keamanan dan kenyamanan penerbangan,” terang Agus.
Menurut Agus, keberadaan Bandara Morowali ini sangat diperlukan untuk menunjang konektivitas masyarakat Morowali menuju kota-kota besar lain yang jaraknya sangat jauh. Dengan semakin terbukanya konektivitas transportasi di daerah tersebut, diharapkan potensi daerah bisa semakin dikembangkan dan dipasarkan sehingga perekonomian masyarakat Morowali juga ikut meningkat.
Terkait dengan hal tersebut, Agus Santoso juga mengapresiasi kebijakan pengelola bandara setempat yang mengambil tenaga kerja kerja bandara dari masyarakat sekitar.
“Saat ini ada 28 personil sumber daya manusia di Bandara yang sebagian berasal dari masyarakat sekitar. Hal ini sangat bagus, sesuai dengan kebijakan pemerintahan Presiden Joko Widodo agar semua proyek infrastruktur juga bisa mendayagunakan masyarakat sekitar. Dengan demikian, juga ada rasa memiliki dari masyarakat terhadap kehadiran bandara ini,” paparnya.
Baca Juga:
Bandara Maratua Siap Layani Wisatawan Bahari di Kepulauan Derawan
Selesai Dibangun, Bandara Werur Siap Dukung Pemerataan Ekonomi di Papua Barat
Keberadaan Bandara Morowali juga sudah ditunggu-tunggu oleh masyarakat setempat. Menurut Sekretaris Daerah Kabupaten Morowali Jafar Hamid, transportasi udara yang cepat diperlukan oleh masyarakat Morowali untuk menuju kota-kota besar terdekat mengingat jarak yang sangat jauh.
“Jarak Morowali ke Palu sekitar 520 km dan biasa ditempuh 11-12 jam naik mobil, sedangkan jarak ke Poso dan Kendari lebih dari 300 km yang bisa ditempuh 7-8 jam naik mobil. Kalau naik pesawat waktunya hanya 30 menit sampai 1 jam perjalanan. Jadi masyarakat di sini sangat antusias kalau ada penerbangan,” beber Jafar.
Menurut Jafar, hal tersebut dibuktikan saat ada penerbangan carter Transnusa pada akhir tahun 2017 lalu dengan menggunakan pesawat ATR 42. Masyarakat harus memesan tiket seminggu sebelumnya mengingat kapasitas pesawat yang cuma 42 kursi, namun demikian permintaan masyarakat membludak.
Pihak Pemerintah Daerah Kabupaten Morowali, menurut Jafar sudah mempersiapkan segala fasilitas pendukung jika Bandara Morowali diresmikan dan beroperasi secara komersial. Di antaranya dengan mempersiapkan angkutan darat lanjutan dari bandara menuju kota Morowali yang jaraknya sekitar 50 km.
Selain itu juga sudah melakukan pembebasan lahan untuk pengembangan bandara, di antaranya pembebasan lahan untuk landasan pacu sehingga bisa diperpanjang mencapai 2.200 meter. Pemkab Morowali juga sudah mengusulkan nama bandara diubah menjadi Bandara Maleo, merujuk pada nama burung langka endemik wilayah Morowali.
Dengan dibukanya bandara Morowali, Jafar optimis perekonomian Morowali yang ditopang dari sektor pertambangan, pertanian, kelautan dan pariwisata akan lebih berkembang lagi.
Saat ini Bandara Morowali berada di lahan seluas 158 hektar. Bandara ini mempunyai panjang runway berukuran 1.050 m x 30 m, apron 80 m x 70 m dan taxiway 192 m x 18 m. Bandara juga memiliki gedung terminal seluas 1000m2 dengan kapasitas pelayanan untuk 100 orang.
Di dalam gedung terminal juga terdapat fasilitas dua gerbang X-ray, dua unit conveyor belt untuk bagasi penumpang keberangkatan dan kedatangan serta dua unit konter check-in. Selain itu, bandara juga dilengkapi beberapa gedung lain seperti gedung perkantoran dan gedung fasilitas Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam Kebakaran (PKP-PK).
Menurut Kepala Satuan Kerja Bandara Morowali, Iskandar, saat ini tengah dilakukan perpanjangan runway sepanjang 450 meter yang diharapkan bisa selesai pada bulan Maret – April tahun ini.
“Dengan demikian panjang runway nantinya menjadi 1.500 meter dan bisa melayani penerbangan pesawat yang lebih besar yaitu ATR 72. Saat ini sudah ada dua maskapai yang berminat membuka penerbangan ke sini dengan menggunakan pesawat tersebut, yaitu Garuda Indonesia dan Wings Air,” pungkasnya. (ERY)