Saat Harga Tiket Pesawat Ditentukan Kemampuan Isi Kantong

Dreamstime.com

ANGKASAREVIEW.COM – Maskapai penerbangan biasanya menentukan harga tiket penerbangan dari jarak yang ditempuh dan waktu terbang. Namun, di beberapa negara di Eropa saat ini tengah dikembangkan sistem penentuan harga tiket dengan mempertimbangkan isi kantong para calon penumpangnya. Unik, bukan?

Penentuan harga tiket ini disebut dengan “dynamic pricing“. Bukan hal sulit untuk mengumpulkan data pribadi para calon penumpang, terutama jika tiket dibeli dlaam jaringan (online). Maskapai akan mengumpulkan informasi pribadi, misalkan soal umur, pekerjaan, frekuensi bepergian, dan tujuan bepergian.

Baca juga:
Fantastis, Tiket Pesawat untuk Idul Fitri Bisa Melonjak Hingga 80%
Perhatikan Hal-Hal Penting Ini Saat Beli Tiket Online

Dari data-data itu nantinya akan dianalisa kemampuan finansial dari calon penumpang tersebut. Tujuannya, harga tiket akan dijual lebih tinggi untuk mereka yang berkocek tebal.

Sebaliknya, bagi mereka yang duitnya pas-pasan, maskapai akan menawarkan program promo khusus agar harga tiket bisa lebih rendah. Jadi, maskapai akan menarik masyarakat kalangan menengah untuk tetap bepergian.

Direktur manajemen produk PROS, perusahaan penyedia perangkat lunak untuk maskapai penerbangan, John McBride mengklaim bahwa sejumlah maskapai penerbangan di Eropa kini sudah menerapkan sistem tersebut.

“Di tahun 2018 ini akan ada perubahan besar di industri penerbangan. Mereka (maskapai) akan menerapkan harga yang dinamis bagi tiap calon penumpangnya,” ungkap John seperti dilansir dalam laman The Sun.

Menurut John, nantinya dalam platform pembelian tiket akan dibenamkan sebuah peangkat kecerdasan buatan yang akan menyusur data para calon penumpang.

Untuk penumpang yang lebih muda, baru mulai bekerja, dan waktu bepergian yang terbatas, maka maskapai akan memberikan harga tiket yang lebih rendah. Sebaliknya, jika calon penumpang sudah mapan, apalagi memiliki bisnis besar, maka maskapai akan memberikan harga tiket yang lebih tinggi.

Namun, ide ini menuai kritik dari pemerhati industri penerbangan. Masyarakat bisa menuntut pihak maskapai lantaran merasa diperlakukan secara tidak adil.

“Jika seorang penumpang percaya bahwa model penetapan harga ini diskriminatif atau melanggar undang-undang Uni Eropa, mereka harus menantangnya di pengadilan,” ujar Richard Taylor dari Otoritas Penerbangan Sipil. (IAN)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *