ANGKASAREVIEW.COM – Berbagai upaya menambah koleksi benda di Museum Pusat TNI Angkatan Udara Dirgantara Mandala (Muspusdirla) Yogyakarta, khususnya pesawat terbang, saat ini terus dilakukan oleh TNI AU. Yang terbaru adalah datangnya lima pesawat legendaris, masing-masing Cessna 401, MIL Mi-1, Bell 204 Iroquois, Bell 47G Soloy, dan Sikorsky S-58T.
Penambahan koleksi pesawat yang sudah purna tersebut, tidak lepas dari keinginan TNI AU yang saat ini dipimpin KSAU Marsekal TNI Hadi Tjahjanto, S.IP untuk menjadikan Muspusdirla sebagai museum terbesar di Asia Tenggara.
Kedatangan lima pesawat di Muspusdirla disambut dalam sebuah upacara peresmian dipimpin oleh KSAU didampingi Ketua Umum PIA Ardhya Garni Ny. Nanny Hadi Tjahjanto di Yogyakarta, Minggu (3/12/2017).
Ikut hadir menyaksikan adalah Wakil KSAU, Gubernur AAU, dan para pejabat TNI AU lainnya serta para sesepuh dan senior TNI AU sebagai pelaku sejarah. Demikian sebagaimana disampaikan dalam rilis berita Dispenau yang diterima Angkasa Review.
“Saya harapkan museum ini menjadi tujuan utama wisata pendidikan sehingga dapat digunakan sebagai penambah kesadaran rasa cinta Tanah Air bagi para pengunjung museum, khususnya kaum remaja dan anak-anak generasi penerus bangsa,” kata KSAU.
Yang paling menarik, bahwa kebanyakan koleksi pesawat Muspusdirla merupakan pesawat-pesawat produk negara Timur dan negara Barat plus Jepang di antaranya. Beberapa pesawat juga memiliki sejarah yang melegenda pada zamannya, bahkan merupakan pelaku sejarah pada Perang Dunia II yang di negara asalnya sudah tidak dapat ditemukan lagi.
Menanggapi hal tersebut, KSAU menyatakan bahwa rekor MURI ini sebagai apresiasi terhadap perjuangan para senior yang turut hadir dan mereka yang telah membangun Angkatan Udara hingga saat ini. “Rekor MURI ini didediksikan untuk seluruh prajurit Angkatan Udara di Indonesia,” ujar Hadi.
Pada kesempatan tersebut, perwakilan dari keluarga besar Cessna dan Chopper menyampaikan ucapan terima kasih kepada KSAU karena telah memrakarsai pembangunan Muspurdirla untuk menjadi museum terbesar di Asia Tenggara. RONI SONTANI