AIRSPACE REVIEW – Kementerian Pertahanan Belanda (Ministerie van Defensie) telah menandatangani kontrak dengan Rheinmetall Jerman pada 11 Desember 2025, untuk pengadaan sistem pertahanan udara jarak pendek Skyranger 30, mencakup platform bergerak, sistem statis, dan simulator.
Perjanjian ini mengimplementasikan keputusan kebijakan Januari 2025 untuk pengadaan 22 unit Skyranger 30 untuk mengatasi ancaman udara jarak dekat.
Pengiriman pertama Skyranger 30 Belanda dijadwalkan akan dimulai tahun 2028 dan terakhir pada 2029.
Sistem ini direncanakan untuk diintegrasikan ke dalam Komando Pertahanan Udara Gabungan Darat Belanda (DGLC) yang berpusat di Barak Letnan Jenderal Best di Vredepeel.
Kehadiran Skyranger 30 dioptimalkan untuk menghadapi drone mini seperti FPV bersenjata, drone kamikaze sekelas Shahed-136 Iran, juga drone yang lebih besar yang terbang rendah.
Jangkauan serangan sistem Skyranger 30 mencapai sekitar 5 km, menekankan reaksi cepat dan pertahanan jarak dekat daripada cakupan area.
Menariknya, Belanda melakukan pengadaan konfigurasi bergerak yang dipasang pada kendaraan lapis baja dan konfigurasi statis berbasis darat, sehingga memungkinkan sistem dengan inti yang sama untuk digunakan secara fleksibel untuk dukungan manuver atau pertahanan titik.
Kunci dari sistem Skyranger 30 ini adalah kanon revolver 30 mm x 173 KCE, dikombinasikan dengan rangkaian sensor terintegrasi yang mencakup radar untuk mendeteksi, melacak, dan menyerang target udara.
Skyranger 30 juga dirancang untuk menggunakan amunisi ledakan udara yang dapat diprogram, dengan titik detonasi yang diatur untuk meningkatkan efektivitas terhadap target kecil, cepat, dan berjejak rendah seperti drone.
Untuk varian bergerak, Skyranger 30 Belanda ini akan dipasang pada Kendaraan Pendukung Tempur Lapis Baja (ACSV) Gen 5.
Kendaraan beroda rantai modular ini dikembangkan tahun 2012 oleh perusahaan Jerman Flensburger Fahrzeugbau Gesellschaft (FFG) sebagai opsi pengganti M113 yang sudah tua.
ACSV pertama kali dipresentasikan kepada publik pada 2014 dan memasuki produksi serial tahun 2021, dengan Norwegia sebagai operator pertamanya.
Kendaraan berkapasitas muatan hingga 9.000 kg ini dapat digunakan dalam berbagai konfigurasi, termasuk komando dan kendali, evakuasi medis, logistik, pemulihan, dan peran pertahanan udara. (RBS)

