AIRSPACE REVIEW – Pada gelaran EDEX 2025 yang berlangsung di Kairo, perusahaan pertahanan Mesir dan China bersepakat untuk bekerja sama dalam produksi lokal wahana udara nirawak bersenjata (UCAV).
Kesepakatan tersebut diformalkan melalui nota kesepahaman yang ditandatangani oleh Organisasi Arab untuk Industrialisasi (AOI) Mesir dengan NORINCO China.
Dalam seremoni penandatanganan tersebut, ditampilkan pula model skala drone tempur Hamza-2, yang terlihat dilengkapi dua amunisi berpemandu.
Drone tersebut tampaknya merupakan turunan dari platform ASN-209 China, sebuah UAV ketinggian menengah dengan tata letak boom ganda dan mesin model pusher.
Drone memiliki panjang sekitar 4,27 m, lebar sayap 7,5 m, dan tinggi sekitar 1,54 m, dengan berat lepas landas maksimum sekitar 320 kg dan kapasitas muatan misi mendekati 50 kg.
Untuk kinerjanya, drone memiliki kecepatan maksimum sekitar 180 km/jam, ketinggian hingga 5.000 m, radius terbang sekitar 200 km, atau daya tahan sekitar 10 jam.
Sistem kendali penerbangan dan navigasi digital pada drone mendukung mode manual, terprogram, dan darurat yang dirancang untuk menjaga kestabilan penerbangan dalam misi yang diperpanjang.
Hamza-2 dapat membawa berbagai muatan, seperti sensor elektro-optik, kamera inframerah, radar apertur sintetis, intelijen elektronik, peperangan elektronik, penunjukan target darat, dan modul relai komunikasi.
Drone ini menggunakan metode peluncuran berbantuan roket dan pemulihan parasut, yang memungkinkan pengerahan tanpa landasan pacu konvensional.
Stasiun kendali darat dan peralatan pemeliharaan biasanya ditempatkan di tempat perlindungan berbasis kendaraan untuk mendukung mobilitasnya.
Kesepakatan strategis ini muncul di tengah upaya Mesir yang berkelanjutan untuk memodernisasi sektor pertahanannya dan mengurangi ketergantungan pada impor asing.
Mesir diketahui telah menjadi pelanggan alutsista produksi China. Khusus untuk drone, Mesir telah mengoperasikan ASN-209, CH-5, Wing Loong, dan Wing Loong II. (RBS)


“Kesepakatan strategis ini muncul di tengah upaya Mesir yang berkelanjutan untuk memodernisasi sektor pertahanannya dan mengurangi ketergantungan pada impor asing.”
Tetangga satu kawasannya, Maroko juga pengguna alutsista made in Tiongkok, akankah negeri tirai bambu bermain dua kaki di kawasan yang dijuluki “Maghreb” tersebut? 🤔
Yok Indonesia bisa nyusul nyelesaiin proyek yang ada