AIRSPACE REVIEW – Militer Rusia dilaporkan sedang bersiap untuk mengerahkan varian rudal jelajah strategis Hwasal-1 Ra-3 pasokan dari Korea Utara dalam operasi tempur melawan Ukraina.
Klaim tersebut, berdasarkan beberapa sumber Rusia, menunjukkan bahwa varian rudal tersebut dapat dilengkapi dengan hulu ledak seberat satu ton dan memiliki jangkauan operasional antara 130 hingga 250 km, tulis OSINTWarfare di X.
Varian Hwasal-1 Ra-3 pertama kali muncul di depan publik pada April 2024, ketika media pemerintah Korea Utara memamerkan rudal tersebut saat uji coba yang dilakukan oleh DPRK.
Sistem tersebut, terlihat diperbesar untuk mengakomodasi hulu ledak bermuatan besar dibandingkan Hwasal-1 model standar.
Namun muatan hulu ledak besar ini dinilai para analis akan mengorbankan kapasitas bahan bakar, artinya akan mengurangi jangkauannya.
Rudal permukaan ke permukaan berkecepatan subsonik ini berkemampuan mengikuti kontur medan, sehingga sulit dicegat.
Pasokan senjata Korea Utara ke Rusia telah berlangsung sejak akhir 2023. Intelijen AS melacak transfer amunisi Korea Utara dalam jumlah besar ke Rusia.
Disebutkan, jutaan peluru artileri 122 mm dan 152 mm, serta roket Grad 122 mm, telah masuk ke gudang senjata Rusia.
Kolaborasi tersebut semakin meningkat pada awal tahun 2024 ketika para pejabat intelijen AS dan Korea Selatan secara terbuka menuduh Korea Utara memasok rudal balistik jarak pendek ke Rusia.
Berdasarkan citra satelit dan telemetri peluncuran beberapa serangan rudal Rusia di Ukraina timur, terpantau militer Rusia menggunakan sistem rudal balistik taktis KN-23 dan KN-25 asal Korea Utara.
Kini, dengan adanya laporan baru mengenai varian Hwasal-1 Ra-3 yang melengkapi persenjataan Rusia, para analis militer memperingatkan bahwa Ukraina dapat menghadapi vektor ancaman baru.
Rudal jelajah berpemandu GPS yang terbang rendah, digadang mampu melewati radar dan sistem pertahanan udara yang terutama dikalibrasi untuk menghadapi ancaman ketinggian tinggi atau balistik. (RBS)

