AIRSPACE REVIEW – Pesawat nirawak siluman CH-7 yang dikembangkan oleh perusahaan CASC dari China terpantau terbang untuk pertama kalinya pada 12 November 2025.
Menariknya, CH-7 tersebut terlihat dilengkapi dua sirip ekor vertikal miring yang sebelumnya tak ada pada model yang dipamerkan di Zhuhai Airshow 2022.
Pada akhir tahun 2024, citra satelit menunjukkan CH-7 skala penuh dengan cat primer kuning sedang melakukan uji coba di fasilitas uji coba AVIC juga tanpa sirip ekor.
Hal ini menegaskan bahwa para insinyur kedirgantaraan China masih menyempurnakan keseimbangan antara stabilitas, otoritas kendali, dan tanda radar pesawat.
Berdasarkan informasi yang dibagikan pada Zhuhai Airshow 2022, CH-7 berdimensi panjang 10 m dan rentang sayap 25 m.
Drone dengan berat lepas landas maksimum (MTOW) 10 ton ini dtenagai oleh satu mesin turbofan yang mampu mendorong pesawat hingga kecepatan 920 km/jam.
Ketinggian terbang CH-7 hingga 13.000 m, dengan daya tahan sekitar 15 jam dan jangkauan operasi sekitar 2.000 km.
Berdasarkan spesifikasi dan performanya tersebut, CH-7 tergolong sebagai drone kelas HALE (High Altitude Long Endurance) yang digunakan untuk misi serang dan pengintaian.
Diperkirakan CH-7 memiliki ruang senjata internal (IWB) yang dapat menampung rudal antiradiasi dan amunisi serang presisi jarak jauh.
Para analis menyebutkan, CH-7 dirancang untuk mencegat emisi radar, mendeteksi dan mengidentifikasi target bernilai tinggi seperti pos komando, baterai rudal, dan kapal angkatan laut.
Drone dapat melakukan serangan langsung atau memberi informasi kepada aset serang lainnya sambil mempertahankan tingkat observabilitas yang rendah.
Berbeda dengan drone tempur siluman GJ-11 yang dioptimalkan untuk serangan taktis, CH-7 yang lebih besar dan berdaya tahan lama digunakan untuk memetakan jaringan pertahanan udara lawan dan memasukkan data penargetan ke dalam rantai serangan militer China (PLA). (RBS)

