Lockheed Martin akan mengirimkan hingga 200 jet tempur F-35 pada tahun 2025 ini, rekor tertinggi dalam satu dekade

F-35 membawa rudalUSAF

AIRSPACE REVIEW – Lockheed Martin mengumumkan rencana untuk menuntaskan pengiriman hingga 200 jet tempur siluman F-35 Lightning II pada tahun 2025 ini. Bila tercapai, ini menjadi rekor pengiriman terbesar dalam satu dekade untuk jet tempur generasi kelima tersebut.

CEO Lockheed Martin, Jim Taiclet, mengatakan produksi F-35 berada di jalur yang tepat, hampir satu pesawat untuk setiap hari kerja sepanjang tahun.

“Pada akhir kuartal ketiga, 143 jet telah terkirim, melampaui rekor sebelumnya sebanyak 142 unit yang dicapai pada tahun 2022,” kata dia.

Jika target tersebut tercapai, 2025 akan menjadi tahun paling produktif bagi program F-35, mencerminkan peningkatan signifikan dalam investasi pertahanan dan pencarian global untuk jet tempur siluman.

F-35 dianggap sebagai program militer paling ambisius dan mahal dalam sejarah. Baru-baru ini F-35 telah melampaui tonggak sejarah pengiriman 1.200 pesawat kepada para pelanggannya.

Pesawat ini beroperasi di 17 negara sekutu, termasuk Amerika Serikat, Inggris, Italia, Jepang, Korea Selatan, dan Finlandia.

Laju produksi yang dipercepat bertepatan dengan dimulainya kembali pengiriman setelah penundaan akibat integrasi paket modernisasi “Technology Refresh 3” (TR-3) yang baru.

Meskipun beberapa pesawat sempat tertunda karena penyesuaian teknis, Lockheed Martin melaporkan bahwa masalah tersebut secara bertahap teratasi dan pengiriman telah dilanjutkan.

Program F-35 terus berkembang secara internasional. Penandatanganan kontrak terbaru untuk batch 18 dan 19 memungkinkan produksi hampir 300 pesawat baru, dengan pengiriman dijadwalkan dimulai pada tahun 2026.

Harga rata-rata setiap pesawat tempur dalam batch baru ini sekitar 82 juta USD, mengukuhkan status F-35 sebagai tulang punggung angkatan udara Barat.

Diproduksi terutama di pabrik Lockheed Martin di Fort Worth di Texas, F-35 diproduksi dalam tiga versi berbeda yaitu F-35A, dengan kemampuan lepas landas dan mendarat konvensional, untuk angkatan udara.

Kemudian F-35B dengan kemampuan lepas landas pendek dan pendaratan vertikal, yang dirancang untuk Korps Marinir AS dan Angkatan Laut Kerajaan Inggris. Angkatan Udara Republik Singapura juga akan menggunakan varian ini dengan pengiriman pesawat pada tahun 2026.

Varian ketiga adalah F-35C, yang dirancang khusus untuk beroperasi dari kapal induk Angkatan Laut AS.

Selain Amerika Serikat, negara-negara seperti Polandia, Jerman, dan Kanada termasuk negara lainnya yang telah mengakuisisi F-35. (RNS)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *