AIRSPACE REVIEW – Amerika Serikat dilaporkan telah meningkatkan kehadiran jumlah jet tempur generasi kelima Lockheed Martin F-35-nya di Pangkalan Udara Angkatan Laut Roosevelt Roads di Ceiba, Puerto Riko, di Karibia selatan.
Hal ini terlihat dari citra satelit terbaru yang beredar di media sosial pada 2 November 2025.
Citra yang diperoleh perusahaan Satellogic dan dirilis melalui aplikasi SkyFiApp ini dianalisis oleh spesialis pertahanan MT Anderson.
Terlihat setidaknya delapan jet F-35 yang ditempatkan berdampingan di apron utama, di samping dua pesawat angkut strategis C-17 Globemaster III dan sebuah pesawat tanker KC-130.
Salah satu pesawat C-17 tersebut tampak sedang meluncur untuk lepas landas, menunjukkan adanya aktivitas udara yang konstan, bukan sekadar kehadiran sementara.
Kehadiran jet-jet tempur siluman tersebut bertepatan dengan pengerahan Carrier Strike Group 12, yang dipimpin oleh kapal induk USS Gerald R. Ford (CVN-78) menuju Karibia.
Sebelumnya diberitakan, Pentagon menggunakan fasilitas Roosevelt Roads sebagai titik dukungan lanjutan untuk misi pengawasan dan transportasi logistik guna memerangi aktivitas perdagangan narkotika oleh Venezuela, menurut klaim AS.
Kapal induk bertenaga nuklir Angkatan Laut AS, USS Gerald R. Ford, berlayar ke arah barat melalui Selat Gibraltar menuju Samudra Atlantik.
Kapal induk terbaru tersebut, didampingi oleh Carrier Air Wing 8 dan sebagian pengawalnya, sedang menuju Komando Selatan AS (USSOUTHCOM) untuk bergabung dengan penempatan angkatan laut di Karibia.
Pengerahan kapal induk ke kawasan Karibia dilaksanakan sebelas hari setelah Pentagon mengumumkan penempatan kembali gugus tugas ke wilayah tersebut.
Dalam sebuah unggahan yang dipublikasikan pada 24 Oktober di X, Juru Bicara Departemen Pertahanan Sean Parnell menyatakan bahwa peningkatan kehadiran pasukan AS di wilayah tanggung jawab USSOUTHCOM akan memperkuat kemampuan Amerika Serikat untuk mendeteksi, memantau, dan menggagalkan aktor dan aktivitas terlarang yang membahayakan keamanan dan kesejahteraan tanah air, serta stabilitas di Belahan Barat.
Menteri Perang AS Pete Hegseth menyatakan bahwa pengerahan kembali gugus tugas tersebut bertujuan untuk mendukung operasi yang bertujuan membongkar organisasi kriminal transnasional dan melawan narkoterorisme di kawasan tersebut.
Sejak dimulainya operasi pada 1 September 2025, militer AS tercatat telah melakukan 13 serangan terarah terhadap kapal-kapal yang diduga digunakan oleh organisasi-organisasi penyelundup narkoba, menyebabkan 64 kematian, menurut data resmi yang dilaporkan oleh media AS. (RNS)


“Menteri Perang AS Pete Hegseth menyatakan bahwa pengerahan kembali gugus tugas tersebut bertujuan untuk mendukung operasi yang bertujuan membongkar organisasi kriminal transnasional dan melawan narkoterorisme di kawasan tersebut.”
Narkoterorisme sendiri dapat dikategorikan sebagai bagian dari ancaman hibrida karena menggabungkan dua fenomena berbeda, perdagangan narkotika (kejahatan transnasional terorganisir, ancaman non-militer) dan terorisme (ancaman keamanan yang dapat melibatkan kekerasan fisik/militer) yang mengaburkan batas antara kejahatan murni dan motif politik/ideologis. Respons militer AS dalam deskripsi ini masih dianggap wajar namun dari sisi pihak yang bertentangan dalam hal ini Venezuela jelas ini adalah tindakan brutal (melanggar hukum internasional) dan memicu reaksi geopolitik kawasan dengan pengerahan militer yang cukup masif itu