AIRSPACE REVIEW – Rusia dan India sedang melakukan negosiasi untuk penambahan sistem pertahanan udara jarak jauh S-400 Triumf. Hal ini dikatakan oleh Direktur Layanan Federal Rusia untuk Kerja Sama Militer-Teknis, Dmitry Shugayev, dikutip TASS.
“Seperti diketahui, India memiliki sistem S-400 kami. Ada peluang untuk memperluas kerja sama di sektor ini juga. Artinya, pasokan baru. Sejauh ini, kami sedang merundingkannya,” ujarnya.
Tentang Tawaran Su-57
Shugayev menambahkan, hal lain yang sedang dinegosiasikan oleh Rusia dan India saat ini adalah kerja sama produksi lokal Su-57 di India.
Seperti diberitakan sebelumnya, India mempertimbangkan untuk mengakuisisi jet tempur generasi kelima Su-57 dari Rusia setelah menyatakan tidak berminat terhadap F-35 buatan Amerika Serikat.
Pada awal Agustus lalu, Bloomberg melaporkan bahwa India telah memberi tahu para pejabat pertahanan AS bahwa New Delhi tidak berminat untuk membeli jet tempur siluman F-35.
Hal itu terjadi di tengah tekanan yang semakin besar dari Washington guna memperluas impor pertahanannya.
Para pejabat yang mengetahui masalah tersebut, yang dikutip secara anonim karena sensitivitas, mengatakan bahwa pemerintahan Modi kemungkinan besar tidak akan melanjutkan akuisisi pertahanan baru yang besar dari AS dalam waktu dekat.
Topik tersebut muncul saat kunjungan Perdana Menteri India Narendra Modi ke Gedung Putih pada bulan Februari.
Saat itu Presiden AS Donald Trump menawarkan jet tempur F-35 sebagai bagian dari kemitraan strategis dan pertahanan yang lebih luas dengan India.
Sebaliknya, para pejabat India mengindikasikan bahwa New Delhi tetap berkomitmen pada model pengadaan pertahanan yang menekankan pembagian teknologi, manufaktur lokal, dan pengembangan kapabilitas dalam negeri.
“Pemerintah lebih tertarik pada kemitraan yang berfokus pada perancangan dan pembuatan bersama alutsista di dalam negeri,” kata seorang pejabat India yang dikutip pernyataannya.
Proposal F-35 merupakan bagian dari dorongan yang lebih luas dari Washington untuk memperdalam hubungan industri pertahanan dengan India.
Sebelum ini India telah secara konsisten meningkatkan pembelian platform AS dalam beberapa tahun terakhir, termasuk helikopter MH-60R Seahawk dan pesawat patroli maritim P-8I.
Namun, pemerintahan Modi tampaknya membatasi akuisisi platform kelas atas tanpa kompensasi yang jelas atau peran produksi dalam negeri.
Sementara itu, Rusia telah turun tangan dengan proposal baru yang tampaknya lebih selaras dengan prioritas India.
Pada bulan Juli, Moskow menawarkan paket jet tempur dua cabang: pesawat tempur siluman generasi kelima Su-57E dan pesawat superioritas udara multiperan Su-35M.
Proposal tersebut diajukan oleh perusahaan pertahanan negara Rusia, Rostec dan United Aircraft Corporation (UAC).
Menurut sumber yang mengetahui pembicaraan tersebut, tawaran Rusia mencakup transfer teknologi penuh untuk Su-57E, dengan perakitan dalam negeri di fasilitas Nashik milik Hindustan Aeronautics Limited.
Di tempat tersebut, India sebelumnya telah memproduksi 220 jet Su-30MKI secara lisensi.
Tingkat kandungan lokal yang mencapai hingga 60%, memungkinkan India untuk mengintegrasikan sistem dalam negeri seperti rudal udara ke udara jarak jauh Astra, rudal antiradiasi Rudram, dan radar AESA Virupaksha.
Rencana Rusia tersebut dilaporkan mencakup pengiriman awal 20 hingga 30 pesawat tempur Su-57E dalam tiga hingga empat tahun, dengan produksi lokal skala penuh yang ditingkatkan setelahnya.
Dikatakan bahwa 70 hingga 100 pesawat dapat dikirimkan hingga awal 2030-an.
Secara paralel, Moskow telah mengusulkan Su-35M sebagai opsi jalur cepat untuk mengisi kembali kekuatan skuadron Angkatan Udara India yang menurun.
Menurut Rostec, pesawat tersebut memiliki kesamaan komponen hingga 80% dengan Su-30MKI, sehingga dapat menyederhanakan logistik, perawatan, dan pelatihan ulang pilot.
Untuk saat ini, penolakan New Delhi terhadap tawaran jet F-35 dari AS menandakan preferensi yang jelas untuk kampanye pembangunan sistem persenjataan di dalam negeri, yaitu “Make in India”.
“Membeli saja tidak cukup, kami ingin membangun,” kata pejabat India kepada Bloomberg. (RNS)

