ARISPACE REVIEW – Angkatan Udara AS (USAF) sedang melakukan pengujian pesawat serang ringan dan pengintai terbarunya, OA-1K Skyraider II. Pesawat ini dikembangkan oleh L3Harris Technologies bekerja sama dengan Air Tractor untuk mendukung misi Komando Operasi Khusus Angkatan Udara (AFSOC).
Pengujian dilaksanakan di Pangkalan Angkatan Udara Eglin, Florida. USAF mengatakan, pesawat ini telah menunjukkan keunggulannya dalam hal ketangguhan, fleksibilitas, dan kemampuannya untuk beroperasi di lingkungan yang keras.
Sebelumnya, Skyraider II telah dipilih USAF dalam program Armed Overwatch SOCOM, menyisihkan pesaingnya seperti A-29 Super Tucano dan AT-6 Wolverine.
Skyraider II dibangun berdasarkan pesawat sipil AT-802 yang telah terbukti banyak digunakan dalam pertanian dan pemadam kebakaran.
Modifikasi menjadi varian militer dilakukan dengan penguatan struktural, kokpit berlapis baja, serta tangki bahan bakar yang dapat menutup sendiri untuk mengatasi kebocoran.
Selain itu pesawat ini juga dilengkapi dengan sensor elektro-optik, tautan data taktis, dan hingga sepuluh gantungan eksternal untuk membawa senjata berpemandu dan tak berpemandu.
USAF menerangkan, Skyraider II sedang dievaluasi oleh Wing Uji ke-96 bekerja sama dengan AFSOC untuk memverifikasi kelaikan udaranya dan memvalidasi kinerjanya.
Kontrak awal telah ditandatangani di mana USAF akan mendapatkan hingga 75 unit pesawat ini pada tahun 2029, meskipun kemjudian dikurangi menjadi 62 pesawat karena pemotongan anggaran.
USAF secara resmi mengumumkan OA-1K Skyraider II dalam Simposium Perang Udara Khusus di Fort Walton Beach pada Februari 2025.
Nama Skyraider II dipilih sebagai penghormatan kepada pesawat bersejarah A-1 Skyraider yang meraih ketenaran di Vietnam berkat misi dukungan udara jarak dekat.
Pesawat dengan konfigurasi lengkap pertama dikirim ke AFSOC pada bulan April 2025 di Hurlburt Field. Pesawat kemudian memulai fase operasional dan pelatihan di Skadron Operasi Khusus ke-17 yang berpusat di Pangkalan Garda Nasional Udara Will Rogers, Oklahoma.
Dengan kecepatan jelajah sekitar 400 km/jam pada ketinggian 10.000 kaki dan jangkauan 1.500 mil pada ketinggian 8.000 kaki, Skyraider II dapat tetap mengudara hingga enam jam.
Pesawat ini dapat beroperasi dari landasan pacu yang belum dipersiapkan, jalan raya, atau lapangan tanah dengan infrastruktur minimal.
Modularitasnya memungkinkan konfigurasi ulang sensor dan senjata dengan cepat, dan strukturnya dapat dibongkar untuk diangkut dengan pesawat C-17 Globemaster III, untuk kemudian dirakit kembali dalam waktu kurang dari 24 jam.
Perusahaan mengatakan, biaya operasionalnya Skyrider II sekitar 1.000 dolar AS/jam, lebih rendah daripada pesawat serang konvensional mana pun yang saat ini dioperasikan oleh USAF.
Salah satu fitur keunggulan Skyrider II yang unik adalah penggunaan roda pendaratan konvensional. Fitur ini hampir punah dalam penerbangan militer modern.
Hal itu mengharuskan pilot menjalani pelatihan khusus dengan AT-802 sipil untuk menguasai prosedur pendaratan dan taxiing. (RNS)

