AIRSPACE REVIEW – Angkatan Udara Bangladesh (BAF) dalam kunjungan undangan ke Italia pada 8-14 Mei menjajal jet tempur Eurofighter Typhoon di fasilitas Leonardo SpA, produsen pesawat ternama di negara itu.
Kepala Staf Udara Angkatan Udara Bangladesh Marsekal Udara Hasan Mahmud Khan yang didampingi pilot uji senior menerbangkan dan mengevaluasi jet Typhoon ISPA6, versi yang dilengkapi dengan radar Captor-E AESA di fasilitas Leonardo SpA, produsen pesawat asal Italia.
Dalam kunjungan tersebut, Kepala Staf Udara Angkatan Udara Bangladesh turut berpartisipasi dalam Aerospace Power Conference (ASPC) 2025 yang diselenggarakan oleh Angkatan Udara Italia di Roma.
Lebih lanjut, delegasi Bangladesh mengunjungi fasilitas pemeliharaan dan dukungan untuk pesawat C-130J Super Hercules serta menerima informasi terkini tentang sistem UAV dan helikopter AgustaWestland.
Ketertarikan Bangladesh terhadap jet tempur Typhoon telah diungkapkan sejak tahun 2016 di pameran Pertunjukan Kedirgantaraan Internasional Farnborough di Inggris.
Setahun kemudian pada 2017 BAF meluncurkan Program Pesawat Tempur Multiperan (MRCA). Program ini sebagai bagian dari inisiatif Angkatan Bersenjata 2030 untuk mengubah kemampuan militer Bangladesh.
Pada tahun 2019, selama dialog strategis Bangladesh-Inggris ketiga, Pemerintah Inggris secara resmi menyatakan kesediaannya untuk mendukung BAF dalam memperoleh jet tempur Eropa.
Secara paralel, Kepala Angkatan Udara Italia Letnan Jenderal Alberto Rosso menawarkan pelatihan lanjutan kepada pilot Bangladesh di Italia, sekaligus memperkuat hubungan antara kedua negara.
Kunjungan Perdana Menteri Sheikh Hasina ke Italia pada Februari 2020 mengintensifkan negosiasi kedua negara. Media Italia bahkan saat itu melaporkan minat Bangladesh tidak hanya pada jet tempur Typhoon, tetapi juga pada helikopter AW101 dan pesawat angkut C-27J Spartan.
Di tahun yang sama, Menteri Pertahanan Prancis saat itu Florence Parly mengunjungi Dhaka dengan mengajukan penawaran langsung jet tempur Dassault Rafale kepada Pemerintah Bangladesh.
Dengan adanya tawaran terbuka dari Prancis, semakin banyak pilihan bagi BAF untuk dipertimbangkan. BAF pada 2021 meminta pemerintah untuk mengalokasikan sekitar 3 miliar USD bagi pembelian 16 pesawat tempur dari Barat.
Seleksi akhir antara Typhoon dan Rafale akan diputuskan saat Pertunjukan Udara Bangladesh (BAS) pada Februari 2022. Namun hal itu batal karena terjadi masalah geopolitik yang pada akhirnya menunda keputusan tersebut.
Peluang Bangladesh untuk mengakuisisi Typhoon kini dilaporkan menguat. Keputusan final dilaporkan akan diambil saat kunjungan Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni ke Dhaka pada bulan Agustus mendatang. (RNS)

