AIRSPACE REVIEW – Departemen Pertahanan AS pada 27 Januari 2025 mengumumkan telah memberikan kontrak kepada General Electric dan Pratt & Whitney untuk memajukan program Next Generation Adaptive Propulsion (NGAP).
Kontrak yang diberikan kepada kedua perusahaan masing-masing bernilai 3,5 miliar USD tersebut pengembangan mesin yang diharapkan selesai pada pertengahan 2032.
Dikatakan bahwa peningkatan nilai kontrak akan dilakukan tergantung pada perluasan proyek tersebut.
General Electric dalam proyek ini akan fokus pada pengujian teknik dan teknologi pada fase baru mesin di Cincinnati, Ohio.
Sementara Pratt & Whitney fokus pada desain dan pembuatan prototipe mesin, serta integrasinya ke dalam sistem pesawat tempur generasi berikutnya tersebut.
Program NGAP bertujuan mengembangkan sistem propulsi canggih bagi jet tempur generasi keenam USAF.
Diharapkan mesin tersebut akan memiliki keandalan yang tinggi, masa pakai komponen yang lebih lama, konsumsi bahan bakar yang rendah, serta kemampuan untuk menggerakkan sistem onboard di pesawat dan persenjataan canggih.
Mesin dalam proyek NGAP akan mendukung peningkatan efisiensi dan kapasitas daya, serta memenuhi tuntutan teknologi penerbangan militer mutakhir.
Seperti diketahui, Departemen Pertahanan AS dan USAF mencanangkan pembuatan jet tempur generasi keenam sebagai pengganti jet F-22 Raptor yang kini masih digunakan.
NGAD dijadwalkan dapat memasuki layanan pada 2035, yang artinya tersisa waktu satu dekade ke depan.
Sejauh ini proyek NGAD maju mundur karena terkait anggaran besar untuk pengembangannya. Harga jet tempur ini juga diprediksi akan lebih mahal, mencapai tiga kali lipat harga jet tempur F-35 yang kini berharga 80-100 juta USD per unit. (RNS)