AIRSPACE REVIEW – Ukraina baru-baru ini merilis video dari kokpit yang memperlihatkan jet tempur Su-27-nya melepaskan Bom Berdiameter Kecil (SDB) GBU-39/B ke target Rusia.
Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa bom SDB pasokan Amerika Serikat tersebut telah diintegrasikan pada jet tempur lama Su-27 peninggalan Uni Soviet yang dioperasikan Angkatan Udara Ukraina.
Sebelumnya diberitakan, Su-27 Ukraina juga telah dilengkapi dengan persenjataan buatan AS lannya, seperti Rudal Anti-Radiasi Berkecepatan Tinggi AGM-88 HARM dan Amunisi Serangan Langsung Gabungan–Jarak Jauh, atau (JDAM-ER).
Terlihat dalam video yang diunggah di X oleh OSINTtechnical tersebut, Su-27 yang digunakan menggunakan corak kamuflase digital khas Ukraina.
Pesawat meluncurkan empat bom SDB secara salvo sambil menanjak dengan sudut elevasi sekitar 60 derajat.
Manuver ini memiliki efek meningkatkan jarak tembak senjata sekaligus membantu menjaga pesawat peluncur tetap terekspos terhadap ancaman pertahanan udara untuk waktu yang singkat.
Meski dikatakan penggunaan bom SDB oleh Su-27 Ukraina telah dilakukan beberapa waktu lalu, baru kali ini Ukraina memperlihatkan video yang menunjukkan hal tersebut, catat TWZ.
Sebelumnya, Su-27 Ukraina jarang terlihat dengan persenjataan ini. Untuk melepaskan bom SDB, Su-27 dilengkapi dengan rak BRU-61/A yang dapat menampung hingga empat bom kelas 250 pon ini.
Persenjataan buatan AS maupun Barat lainnya, selama ini lebih sering terlihat dibawa oleh MiG-29 Ukraina.
Dalam hal integrasi senjata, SDB, seperti rudal Barat lainnya dan bom berpemandu presisi, dikombinasikan dengan iPad, atau perangkat serupa seperti tablet, yang dipasang di kokpit.
Selain SDB dan JDAM-ER, persenjataan bom luncur Ukraina mencakup AASM-250 Hammer buatan Prancis.
Penggunaan SDB oleh Ukraina, serta senjata presisi jarak jauh Barat lainnya, mencerminkan penggunaan bom luncur berbagai jenis oleh Rusia secara ekstensif.
Sementara bom jarak jauh Rusia telah menjadi masalah khusus bagi pertahanan udara Ukraina, laporan terkini menunjukkan bahwa efektivitasnya telah mulai menurun.
Staf Umum Angkatan Bersenjata Ukraina menyatakan, serangan Rusia terhadap Ukraina menggunakan bom udara berpemandu telah berkurang setengahnya, sejak mitra Barat mengizinkan Kyiv menyerang target jauh di dalam Rusia menggunakan rudal jarak jauh.
Akibatnya, kekuatan udara taktis Rusia semakin didorong kembali ke pangkalan yang lebih jauh dari garis depan. Hal ini berdampak pada pemeliharaan, tingkat serangan mendadak, dan jam terbang, yang pada gilirannya mengurangi jumlah serangan mendadak semacam ini.
Laporan dari Ukraina menyebut, penggunaan bom SDB sebagai salah satu senjata ampuh. Bom berukuran kecil ini membuatnya jauh lebih sulit bagi pertahanan udara Rusia untuk menghadapinya.
Pada saat yang sama, masing-masing pesawat dapat dimuat dengan beberapa SDB, yang memungkinkan lebih banyak target untuk diserang dalam setiap serangan mendadak. (RNS)