AIRSPACE REVIEW – Amerika Serikat akan mengirim bom pintar AGM-154 JSOW (Joint Standoff Weapon) dalam paket bantuan militer baru ke Ukraina senilai 375 juta USD.
Bom tersebut nantinya akan digunakan oleh jet tempur Ukraina, khususnya F-16 sumbangan dari negara-negara NATO.
Selain JSOW, dalam paket bantuan militer baru tersebut juga terdapat amunisi artileri, rudal cadangan untuk sistem pesawat, dan perlengkapan lainnya, tulis Politico mengutip sumber pertahanan AS.
AGM-154 JSOW merupakan bom luncur yang dikendalikan secara presisi dan berkarakteristik siluman. JSOW bukan rudal, melainkan bom ini dapat menjangkau sasaran dengan jarak hingga 130 km bila dijatuhkan dari ketinggian tinggi.
Salah satu tantangan bagi Ukraina, bila bom ini diluncurkan dari ketinggian rendah, maka jarak jangkaunya pun akan berkurang.
Sementara bila pesawat Ukraina terbang tinggi akan sangat rawan untuk ditembak oleh sistem pertahanan udara Rusia.
Media melaporkan, sejauh ini pilot Ukraina lebih memilih untuk terbang tidak terlalu tinggu agar terhindar dari serangan rudal pertahanan udara jarak jauh Rusia.
Jadi, satu-satunya pilihan yang tersisa adalah terbang serendah mungkin dan kemudian terbang menanjak sesaat untuk melepaskan senjata.
Cara ini telah digunakan oleh pilot MiG-29 saat menggunakan bom luncur JDAM-ER. Dengan cara ini jarak jangkau bom masih bisa mencapai 40 km.
Beberapa sumber menyebut, dalam skenario ketinggian rendah, jangkauan JSOW hanya mencapai 22 km.
Dibandingkan JDAM-ER, harga JSOW lebih mahal, sehingga menjadi pertanyaan mengapa AS mengirim JSOW dibanding JDAM-ER.
Meski demikian, JSOW memiliki keunggulan yang unik di mana sistem navigasi satelitnya lebih tahan terhadap peperangan elektronik.
Mungkin karena alasan tersebut, tampaknya AS lebih memilih untuk mengirim AGM-154 JSWO dalam paket bantuan militernya yang baru. (RNS)