Puluhan pulau kecil di Pasifik jadi incaran AS, USAF anggarkan 400 juta USD untuk peningkatan lapangan terbang di Pulau Yap tahun depan

USAF, Reddit

AIRSPACE REVIEW – Angkatan Udara AS (USAF) mengusung konsep Agile Combat Employment (ACE) di mana kekuatan tempur udara ditempatkan secara lincah di berbagai tempat. Untuk dapat mengimplementasikan konsep ini dibutuhkan pijakan-pijakan berupa tempat dan landasan udara. Tidak perlu besar, melainkan pulau-pulau kecil, seperti yang banyak tersebar di seluruh Pasifik.

Pulau-pulau seperti Tinian, Palau, dan Saipan, yang masing-masing luasnya kurang dari 200 mil persegi, semuanya telah menjadi tempat bagi penempatan kekuatan udara AS di Pasifik dan ditingkatkan dengan investasi jutaan dolar AS dalam beberapa tahun terakhir.

Kini, dalam permintaan anggaran fiskal tahun 2025, USAF telah menyusun rencana untuk meningkatkan fasilitas di Pulau Yap, sebuah pulau yang terletak antara Guam dan Palau, berjarak sekitar 1.000 mil tenggara China.

Sebagai bagian dari Negara Federasi Mikronesia, Pulau Yap hanya memiliki luas 46 mil persegi, atau hanya dua pertiga luas Washington, D.C.

USAF ingin menginvestasikan 400 juta USD untuk memperluas landasan pacunya di kedua arah dan memperluas fasilitas di sana. Pekerjaan akan dimulai dengan investasi awal sebesar 96 juta USD pada tahun 2025, menurut dokumen USAF seperti diberitakan Air & Space Forces Magazine.

“Landasan pacu yang memadai dan aman diperlukan untuk mengakomodasi pesawat yang lebih besar untuk mendarat dan lepas landas guna mendukung pelatihan, operasi, dan misi kemanusiaan di bandara Yap,” tulis dokumen USAF.

“Perpanjangan landasan pacu diperlukan untuk memungkinkan peningkatan kapasitas landasan dengan memungkinkan pesawat yang lebih besar untuk mendarat dan lepas landas dengan cepat dan aman. Peningkatan kapasitas ini mendukung ketentuan infrastruktur komando dan kontrol bagi pasukan multilayanan dalam pembentukan kemampuan operasional secara cepat di berbagai lokasi,” lanjut pernyataan di dokumen tersebut.

Jika anggaran disetujui, konstruksi akan dimulai pada Agustus 2025. Sebuah proyek tambahan direncanakan di lokasi ini, yaitu penambahan kapasitas parkir pesawat dan meningkatkan akses ke landasan pacu.

Konsep ACE akan memindahkan tim-tim kecil awak penerbangan dari pusat-pusat yang lebih besar ke pangkalan-pangkalan yang kecil, terpencil, dan sederhana. Di sana mereka akan beroperasi secara independen, sehingga menyulitkan musuh untuk menargetkan mereka.

Konsep ACE pertama kali dicetukan di Indo-Pasifik tahun 2020 saat Jenderal Kenneth S. Wilsbach memimpin Angkatan Udara Pasifik (PACAF).

Sebagai implementasi dari konsep tersebut, PACAF telah berupaya memperluas dan memodernisasi landasan udara dan landasan pacu di seluruh wilayah Pasifik.

Untuk pelaksanaannya, Wilsbach tahun lalu mencatat, kadang diperlukan penebangan hutan yang telah menutupi lapangan terbang era Perang Dunia II.

Bandara Pulau Yap misalnya, pernah menjadi pangkalan Jepang selama Perang Dunia II dan saat ini perlu perbaikan ulang untuk mendukung operasi militer AS.

“Bandara Yap mampu menjadi lokasi pengalihan penting bagi pesawat yang transit di wilayah Indo-Pasifik,” ungkap dokumen USAF. Akan tetapi, landasan pacu ini dinilai terlalu pendek untuk mendukung operasi pesawat militer dan tidak memiliki fasilitas penting lainnya, seperti kawat pengerem pesawat.

Sebelumnya, PACAF telah menginvestasikan ratusan juta dolar AS untuk memperluas kapasitas landasan di Guam, Tinian di Kepulauan Mariana, dan di Pangkalan Udara Basa di Filipina.

Dalam upaya mendukung konsep ACE-nya, USAF dalam beberapa tahun terakhir juga telah melaksanakan latihan di pulau-pulau kecil tersebut. Seperti pengerahan dua jet tempur siluman F-22 Raptor dari Skuadron Tempur Ekspedisi ke-525 yang berada Pangkalan Udara Kadena, Jepang ke Bandara Internasional Tinian, Kepulauan Mariana dalam Latihan Agile Reaper 23-1 pada Maret tahun lalu.

Negara-negara bagian yang tergabung dalam Perjanjian Asosiasi Bebas —Negara Federasi Mikronesia, Republik Kepulauan Marshall (RMI), dan Republik Palau— memiliki hubungan yang unik dan dekat dengan AS.

Warga negara mereka dapat tinggal dan bekerja di AS dan bergabung dengan militer AS, menurut Congressional Research Service. Mereka turut memainkan peran penting dalam keamanan nasional AS. (RNS)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *