Prancis dan Denmark dukung serangan udara AS dan Inggris terhadap milisi Houthi di Yaman

Serangan udara dari kapal induk AS terhadap kelompok Houthi di YamanReuters
ROE

AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Prancis dan Denmark sama-sama menyatakan dukungannya terhadap aksi serangan udara oleh Amerika Serikat dan Inggris terhadap milisi Houthi di Yaman yang didukung Iran.

Prancis menyatakan hal itu sebagai balasan dari serangan kelompok Houthi terhadap kapal-kapal dagang di Laut Merah. Prancis menyerukan agar Houthi segera mengakhiri serangannya terhadap kapal-kapal dagang tersebut.

Airbus_contoh2

“Dengan aksi bersenjata ini, Houthi memikul tanggung jawab yang sangat serius atas eskalasi di kawasan,” ujar Kementerian Luar Negeri Prancis dalam sebuah pernyataannya.

Pada saat yang sama di tempat berbeda, Menteri Luar Negeri Denmark Lars Loke Rasmussen juga menyatakan dukungannya terhadap serangan udara AS dan Inggris.

Dikatakan, Denmark adalah negara asal raksasa pelayaran Maersk yang kapal-kapalnya ditembaki oleh kelompok Houthi di Laut Merah.

Pekan lalu Denmark mematuhi pengumuman AS yang memperingatkan Houthi untuk menghentikan serangan mereka terhadap kapal dagang di Laut Merah.

“Tagihannya akan sangat besar jika Houthi berhasil mengusir pelayaran internasional dari Laut Merah dan Terusan Suez. 12% dari seluruh kapal sipil melakukan navigasi di selat ini dengan tepat,” kata Rasmussen.

Awal bulan ini, Maersk mengumumkan akan mengubah rute semua kapal kontainernya dari rute Laut Merah di sekitar Tanjung Harapan Afrika di masa mendatang sekaligus memberitahukan kepada para pelanggannya untuk risiko menghadapi gangguan yang signifikan.

Protes terhadap serangan Israel ke Palestina

Sementara itu, Juru Bicara Houthi Yaman mengatakan tidak ada pembenaran atas serangan AS-Inggris dan mengatakan mereka akan terus menargetkan kapal-kapal yang menuju Israel di Laut Merah.

Pada hari Rabu, Dewan Keamanan PBB mengadopsi resolusi yang menuntut diakhirinya segera serangan terhadap kapal di Laut Merah.

Sebanyak 11 anggota DK PBB menyetujui dokumen tersebut, sedangkan empat negara yakni Rusia, Cina, Aljazair, dan Mozambik abstain.

Sebelumnya, DK PBB menolak tiga usulan Rusia untuk mengubah teks rancangan resolusi tersebut, termasuk satu usulan yang menyebutkan konflik antara Palestina dan Israel sebagai penyebab eskalasi di Laut Merah belakangan ini.

Pasca meningkatnya konflik Palestina-Israel di Jalur Gaza, kelompok Houthi mengklaim akan melancarkan serangan ke wilayah Israel dan tidak akan mengizinkan kapal-kapal terkait melewati perairan Laut Merah dan Selat Bab el-Mandeb sampai operasi di daerah kantong Palestina terhenti.

Komando Pusat (CENTCOM) AS menyatakan, lebih dari 20 kapal utama dan kapal komersial telah diserang di perairan ini sejak pertengahan November.

Sebagai tanggapan atas hal itu, Pemerintah AS meluncurkan operasi Prosperity Guardian untuk menjamin keselamatan navigasi dan melindungi kapal di Laut Merah.

Seperti diberitakan, pada dini hari tanggal 12 Januari 2024, militer AS dan Inggris menggunakan kapal permukaan, pesawat tempur, dan kapal selam untuk melancarkan serangan udara terhadap posisi Houthi di sejumlah kota di Yaman.

Sementara ini dilaporkan, serangan Amerika Serikat dan Inggris ke Yaman pada hari Jumat telah menyebabkan korban jiwa.

Dalam serangan itu pihak Barat menargetkan fasilitas militer milik pemberontak Houthi.

“Serangan menyebabkan kematian lima martir,” kata Juru Bicara Houthi Yahya Saree di akun X.

Selain lima korban jiwa, serangan tersebut melukai enam orang lainnya. Seluruh korban luka dan jiwa berasal dari militan Houthi.

Televisi Al-Masirah TV melaporkan, rudal dari AS dan Inggris menargetkan pangkalan udara di sekitar Sanaa, bandar udara di Taez, Hodeida Abs, dan kamp militer dekat Saada.

“Negara kami menjadi subjek serangan agresif dari kapal, kapal selam dan pesawat tempur Amerika Serikat dan Inggris,” ujar Wamenlu Yaman Hussein Al-Ezzi.

-JDN-

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *