Kasau: Pengadaan pesawat AWACS sudah masuk rencana strategis, kita sedang siapkan ahli-ahli di bidang software, kalau menyerahkan sepenuhnya kepada pabrikan maka kita bisa dikendalikan

Pesawat AWACS - AEW&C incaran TNI AU_ Airspace ReviewIstimewa

AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – TNI Angkatan Udara telah memasukkan pengadaan pesawat Airborne Warning and Control Systems (AWACS) atau Airborne Early Warning and Control (AEW&C) ke dalam rencana strategis (Renstra) pengadaan alat utama sistem persenjataan (alutsista).

Pesawat jenis ini memiliki kemampuan untuk deteksi dini, pengamatan, mengendalikan pertempuran udara, pertahanan diri, peringatan dini, dan lainnya.

Pengadaan pesawat AWACS tidaklah murah dan membutuhkan waktu yang panjang untuk integrasi sistem yang diinginkan ke platform pesawat yang akan digunakan.

Seperti diketahui, pesawat AWACS/AEW&C pada dasarnya adalah pesawat jenis angkut/komersial yang dimodifikasi dengan mengintegrasikan perangkat-perangkat/sensor serta peralatan lainnya untuk digunakan sesuai misi pesawat tersebut, termasuk mengendalikan sebuah pertempuran udara dari dalam pesawat itu.

Sebagai sebuah platform ‘radar terbang’ dan menjalankan misi khusus, pesawat AWACS dirancang agar memiliki kekhasan sesuai kebutuhan yang diinginkan.

Untuk itu dibutuhkan pengetahuan dan penguasaan di bidang software (perangkat lunak) dari para software engineer agar pengadaan pesawat AWACS dipastikan sesuai dengan kebutuhan.

“Untuk pengadaan pesawat AWACS sudah dimasukkan ke dalam Renstra. Tapi pengadaan pesawat AWACS ini tidak murah dan butuh waktu yang panjang untuk integrasi sistem sesuai kebutuhan kita. Menyerahkan sepenuhnya kepada pabrikan bisa, tapi itu sangat mudah untuk dikendalikan (musuh),” kata Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau) Marsekal TNI Fadjar Prasetyo dalam pertemuan dengan para Pemimpin Redaksi di Markas Besar TNI Angkatan Udara (Mabesau), Cilangkap, Jakarta Timur, Senin.

Kasau menambahkan, penyedia pesawat AWACS tidak banyak. Selain Amerika ada beberapa negara lain yang menawarkan.

Perlu diketahui juga, lanjut Fadjar, dalam hal pengadaan untuk pesawat AWACS sangat bergantung pada situasi geostrategi yang terus mengalami pergeseran.

Diakui Kasau, sudah ada penawaran-penawaran pesawat AWACS kepada TNI AU. Namun TNI AU sendiri harus hati-hati dan mencerna penawaran-penawaran tersebut.

“Jangan sampai kita sudah menyiapkan (pengadaan) selama tiga tahun, tapi di ujungnya kita di-cut karena tidak bisa membelinya. Kita pasti akan rugi,” Fadjar menerangkan.

Di lain pihak, penawaran pesawat basic dengan penambahan peralatan-peralatan khusus pada pesawat tersebut menjadi tantangan tersendiri.

“Jangan sampai kita tidak tahu apa yang kita inginkan, itu lebih bahaya lagi. Setelah tahu apa kebutuhan kita, kita harus mencari vendor-vendor yang kualitasnya baik, yang ke depan tidak akan menimbulkan hambatan. Kemudian dari sisi harganya juga masuk,” kata Kasau.

Proses integrasi sistem ke platform pesawat AWACS, lanjutnya, membutuhkan waktu yang panjang dan komitmen yang tinggi baik dalam hal pengerjaan, dari sisi vendor-vendornya, dan dari sisi kekhasan yang didesain khusus sesuai kebutuhan kita.

Dikatakan bahwa saat ini TNI AU bekerja sama dengan universitas, para ahli/komunitas di bidang software sedang menyiapkan desain sistem pesawat AWACS yang dibutuhkan oleh TNI AU.

“Kami sedang menyiapkan mereka yang akan menjadi otak dalam merancang kebutuhan pesawat AWACS sesuai yang diharapkan,” pungkas Kasau.

-RNS-

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *