Penerobosan “Armada Penyelundup” ALRI Menembus Blokade Belanda ke Selat Malaka

Mayor John Lie dan kapal The Outlaw melakukan misi penerobosan blokade Belanda ke Selat Malaka_ Airspace ReviewTNI AL
ROE

AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Sejak Belanda melakukan blokade di seluruh perairan Indonesia pada tahun 1946, kesatuan-kesatuan Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI) selalu berusaha untuk mendobrak dan menerobos blokade tersebut.

Sasaran utama adalah Selat Malaka yang relatif lebih mudah ditembus dengan menggunakan kapal-kapal jenis “speed-boat”.

Boeing_contoh2

Wilayah operasi penerobosan blokade meluas sampai ke Thailand, Malaysia, Singapura, dan Myanmar (dulu Burma).

Dengan bantuan perwakilan Pemerintah RI “Indonesia Office” di Singapura, pada tahun 1947 perwakilan ALRI berhasil membeli sekitar 17 buah kapal dari Naval Disposal Board Angkatan Laut Kerajaan Inggris (Royal Navy). Kapal-kapal inilah yang kemudian dikenal sebagai “Armada Penyelundup”. (Buku TNI AL 60 Tahun Mengabdi, 2005).

Kapal-kapal ALRI yang pernah menjadi bagian dari “Armada Penyelundup” beserta para komandannya, antara lain adalah The Outlaw yang dikomandani oleh Mayor John Lie, Hok Bie yang dikomandani oleh Kapten Abdullah, Gull yang dikomandani oleh Kapten Chris Tampenawas, dan Malioboro yang dikomandani oleh Kapten O.P. Koesno.

Penerobosan blokade Selat Malaka tersebut menghasilkan pasokan alat-alat perjuangan seperti senjata dan amunisi, suku cadang, serta obat-obatan. Semuanya ditukar dengan hasil bumi, terutama karet dan gula.

John Lie dan The Outlaw

John Lie, pelaut keturunan Tionghoa kelahiran Manado 9 Maret 1911, sebelum bergabung dengan ALRI adalah mantan awak kapal niaga KPM (Koninklijke Paketvaart Maatschappij/ Maskapai Pelayaran Niaga Kolonial Hindia-Belanda) MV Tosari.

Ketika pecah Perang Dunia Kedua, kapal yang penuh muatan karet dan sarat pengungsi tersebut dilarikan ke Pangkalan Sekutu di Khoramshar, Iran, atas perintah Sekutu.

Selama di Iran, John Lie mendapat pelatihan dasar kemiliteran, manuver perang laut, identifikasi jenis kapal perang dan penanganan bahaya ranjau laut.

Selama bertugas untuk kepentingan Sekutu, John Lie dan rekan-rekan Indonesianya mendengar Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dari siaran All Indian Radio, radio pro nasionalis India milik Jawaharlal Nehru.

Ketika perang usai, John Lie beserta pelaut-pelaut asal Indonesia dipulangkan ke Indonesia. Setibanya di Tanah Air, John Lie memutuskan meninggalkan kariernya di KPM dan bergabung dengan ALRI.

Sukses terbesar John Lie yang sekaligus mengangkat pamornya, adalah keberhasilannya membersihkan ranjau laut di perairan sekitar Pelabuhan Cilacap. Atas keberhasilannya ini, John Lie mendapat pangkat Mayor ALRI.

Tugas berat selanjutnya yang harus diemban oleh John Lie, adalah memandu kapal dagang Singapura Empire Tenby keluar dari Pelabuhan Cilacap menuju negerinya.

Walau sempat dibayangi pesawat patroli AL Belanda dan menemui sejumlah kendala dalam pelayarannya, kapal Empire Tenby akhirnya tiba di Singapura dengan selamat pada Agustus 1947.

John Lie selanjutnya menyerahkan muatan kapal, yaitu 800 ton gula, kepada Dr. Saroso dan Mr. Oetojo Ramelan dari Perwakilan RI Di Loear-Negeri.

John Lie sementara waktu menetap di Singapura dan diperbantukan di KPOLN, karena situasi Indonesia kian rawan. Terlebih lagi saat itu, Belanda baru saja melancarkan agresi militernya yang pertama tanggal 21 Juli 1947.

Hasil penjualan gula kemudian dimanfaatkan oleh Perwakilan Indonesia di Singapura untuk membeli 17 kapal motor cepat (speed-boat) yang akan di-scrap oleh Naval Disposal Board AL Inggris di Singapura. Kapal-kapal tersebut akan dimanfaatkan sebagai kapal penerobos blokade dan penyuplai senjata bagi kepentingan perjuangan melalui Sumatera Utara dan Aceh.

John Lie mendapat kehormatan dengan dipercaya sebagai nahkoda salah satu kapal cepat yang semula bernama ML 833, lalu berganti menjadi PPB 31 LB. Oleh John Lie kapal penerobos blokade ini dinamakan The Outlaw.

Setelah menerima tugas berat tersebut, John Lie kemudian memilih sendiri para calon awaknya, yaitu Salim (mualim), Thaib Ardy (serang), Roezi Damaz (juru mudi), Soemaredja (juru mudi), Sjahroel Etek (kelasi merangkap clerk), Didi Soenardi, Noer M, Agoes Rakab (kelasi merangkap room-boy), Hamid Trijono (KKM), Hoesein (masinis I), A. Manan (masinis II), Sirad dan Soepardjo (oiler), lalu Amat (coole), Hoemala Pohan, Sitompoel, Darmawan, Sjafii, Gazali Ibrahim, Gaabin, dan Djatma.

Setelah siap segala sesuatunya, mulailah The Outlaw melaksanakan misi penembusan blokade ke Selat Malaka.

-Poetra-

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *