Xi Jinping temui Putin di Moskow, akankah Perang Rusia-Ukraina berakhir atau makin ruwet?

Xi Jinping menemui Putin di MoskowKremlin/REUTERS
ROE

AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Presiden China Xi Jinping pada hari Senin (20/3) terbang ke Moskow untuk menemui koleganya Presiden Rusia Vladimir Putin. Salah satu agenda yang dibahas kedua pemimpin adalah perdamaian untuk mengakhiri Perang Rusia-Ukraina yang telah berlangsung selama lebih satu tahun sejak 24 Februari 2022.

Xi Jinping mengatakan kunjungan ke Moskow sebagai sebuah kunjungan diplomatik. Sebelumnya, China telah merilis proposal 12 poin untuk penyelesaian krisis Ukraina, namun pada saat yang sama memperkuat hubungan dengan Rusia.

Boeing_contoh2

China telah berulang kali menepis tuduhan Barat bahwa mereka berencana mempersenjatai Rusia.

China menegaskan, hubungan dengan Rusia adalah bentuk kemitraan energi yang lebih erat setelah meningkatkan impor batu bara, gas, dan minyak Rusia.

Presiden Xi mengungkapkan kedua negara menganut konsep persahabatan abadi dan kerja sama yang saling menguntungkan.

Xi dan Putin saling menyapa sebagai teman baik ketika mereka bertemu di Kremlin. Kantor berita Rusia melaporkan, keduanya mengadakan pembicaraan informal selama hampir 4,5 jam. Sementara pembicaraan resmi akan dilaksanakan pada Selasa pagi.

Putin mengatakan kepada Xi bahwa dia memandang proposal China untuk penyelesaian konflik Ukraina dengan hormat. Dia mengaku sedikit iri pada sistem China yang sangat efektif untuk mengembangkan ekonomi dan memperkuat negara.

Sementara Presiden Xi memuji Presiden Putin dan memperkirakan rakyat Rusia akan kembali memilihnya tahun depan.

“Di bawah kepemimpinan Anda yang kuat, Rusia telah membuat langkah besar dalam perkembangannya yang makmur,” ujar Xi.

Menjawan tawaran yang diajukan Xi, Putin mengharapkan dukungan Presiden China untuk melawan tekanan Barat.

Diberitakan Reuters, kehadiran Xi Jinping di Moskow merupakan kehadiran pemimpin negara pertama yang menjabat tangan Putin sejak Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan untuknya pada hari Jumat (18/3), atas tuduhan deportasi anak-anak Ukraina ke Rusia sejak invasi digelar.

Moskow mengatakan, tuduhan tersebut mengada-ada. Sementara China memandangnya sebagai standar ganda.

Sementara itu diberitakan, Washington mengecam kunjungan Presiden Xi ke Moskow. Beijing dituduh memberi Moskow penutup diplomatik untuk melakukan kejahatan tambahan.

“Bahwa Presiden Xi bepergian ke Rusia beberapa hari setelah Pengadilan Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Presiden Putin menunjukkan bahwa China merasa tidak bertanggung jawab untuk meminta pertanggungjawaban Kremlin atas kekejaman yang dilakukan di Ukraina,” kata Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken.

Moskow menyangkal mendeportasi anak-anak secara ilegal, dengan mengatakan telah mengambil anak yatim piatu untuk melindungi mereka.

“Alih-alih mengutuk mereka, (China) lebih memilih memberikan perlindungan diplomatik bagi Rusia untuk terus melakukan kejahatan berat itu,” ujar Blinken.

Juru bicara Gedung Putih John Kirby mengatakan, Presiden Xi harus menggunakan pengaruhnya untuk menekan Putin agar menarik pasukan dari Ukraina. Sebaliknya, Washington khawatir Beijing malah akan menyerukan gencatan senjata yang akan membiarkan pasukan Rusia tetap tinggal.

Proposal perdamaian China yang telah dirilis untuk menyelesaikan krisis Ukraina, sebagian besar ditolak di Barat. Hal ini dinilai sebagai taktik untuk mengulur waktu bagi Putin guna menyusun kembali pasukannya dan memperkuat cengkeramannya di tanah yang diduduki.

Kirby menilai Rusia dan China tidak memiliki jaringan teman dan mitra yang sama di seluruh dunia seperti halnya Amerika Serikat. Itulah mengapa kedua mnegara mempererat hubungan mereka sekarang, ujarnya.

Sementara itu, Kyiv mengatakan, perang tidak dapat berakhir sampai Rusia menarik pasukannya. Ukraina bersikap skeptis terhadap China dan berhati-hati menyambut proposal perdamaian dari Beijing yang diumumkan bulan lalu.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan, bila China mempersenjatai Rusia maka hal itu dapat menyebabkan Perang Dunia ke-3. Zelensky yakin Beijing menyadari risiko itu dan karenanya tidak mungkin dilakukan Xi.

Presiden Ukraina dengan tangan terbuka juga telah mengundang Presiden China untuk melakukan pembicaraan empat mata.

Akankah Perang Rusia-Ukraina segera berakhir, atau tambah ruwet? Hingga saat ini, belum ada tokoh dunia yang benar-bendar dapat mendamaikan Putin dan Zelensky.

Atau, jangan-jangan hal itu tidak akan terjadi karena banyak negara memiliki kepentingan masing-masing terkait dengan Perang Rusia-Ukraina yang masih berlangsung. Apakah Perang Rusia-Ukraina dirancang dan dikehendaki oleh pihak-pihak yang berkepentingan?

-RNS-

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *