Mengenal pesawat peringatan dini dan kontrol udara (AEW&C) di Asia Tenggara dan Pasifik, tetanga terdekat Indonesia

Pesawat AEW&C di ASEAN dan PasifikIstimewa/AR

AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Kementerian Keuangan Indonesia telah menyetujui rencana Kementerian Pertahanan untuk mengakuisisi dua pesawat peringatan dini dan kontrol udara (AEW&C) baru untuk digunakan oleh TNI Angkatan Udara.

Dengan kabar membahagiakan ini, dalam beberapa tahun ke depan, TNI Angkatan Udara bisa menyusul menggunakan pesawat AEW&C ini, mengikuti jejak negara tetangga terdekat, yakni Singapura dan Thailand dari kawasan Asia Tenggara dan Australia dari kawasan Pasifik.

Kali ini, Airspace-Review akan membahas pesawat yang dimiliki ketiga negara tetangga tersebut.

Pertama adalah Angkatan Udara Singapura (RSAF), negera kota ini sebelumnya pernah mengoperasikan empat pesawat Northrop Grumman E-2C Hawkeye dari tahun 1987 hingga 2010.

Namun kini posisi Hawkeye telah digantikan oleh empat Gulfstream G550 CAEW (Conformal Airborne Early Warning) yang radarnya dipasok oleh perusahaan ELTA, Israel.

G550 CAEW dilengkapi radar yang dipasang pada konformal dengan susunan radar S-band ganda di bagian depan dan belakang serta sensor L-band di sisi badan pesawat.

Memberikan kesadaran situasional udara dan maritim dengan pengawasan 360 derajat di semua ketinggian dan menawarkan ketahanan misi selama sembilan jam.

Mengusung radar AESA (Active Electronically Scan Array) empat dimensi yang canggih. Radar ini dapat mengidentifikasi dan melacak target udara dan permukaan.

Memberikan jangkauan deteksi lebih dari 200 mil laut, memungkinkan RSAF untuk merespons ancaman udara secara lebih efektif dalam berbagai situasi operasional.

G550 CAEW juga dilengkapi sistem Electronic Surveillance Measures (ESM) yang dapat mendeteksi pemancar pada berbagai frekuensi.

G550 CAEW pertama diterima oleh RSAF pada Februari 2009, dan pesawat terakhir (keempat) pada Oktober 2011.

Kedua, adalah Negeri Gajah Putih Thailand, di mana AU Thailand (RTAF) yang mengoperasikan dua pesawat Saab 340 AEW&C Erieye dari Swedia sejak 2012.

RTAF menggunakan pesawat ini untuk mendukung armada jet tempur Saab Gripen C/D dan Northrop Grumman F-5TH Super Tigris.

Radar Erieye menyediakan cakupan 300 derajat, memiliki jangkauan instrumental 450 km, dan jangkauan deteksi 350 km dalam lingkungan peperangan elektronik yang padat.

Selain dapat mendeteksi ancaman dan mengeksekusi misi militer, pesawat juga dapat digunakan sebagai pendukung sistem operasi keamanan sipil seperti cadangan kendali lalu lintas udara dan misi pencarian dan penyelamatan (SAR).

Selain menggunakan pesawat Saab 340, juga ditawarkan varian yang lebih besar yakni Saab 2000, keduanya berbasis pesawat penumpang regional bermesin turboprop.

Ketiga, pesawat E-7A Wedgetail yang dioperasikan oleh Angkatan Udara Australia (RAAF) dan menjadi yang terbesar dibandingkan G550 CAEW dan Saab 340 Erieye.

Negeri Kangguru ini mengoperasikan sebanyak enam unit. Dengan dua pesawat pertama dikirimkan pada 26 November 2009, dan pesawat terakhir pada 5 Juni 2012

Menggunakan basis pesawat penumpang jet Boeing 737, E-7A dibekali dengan radar Northrop Grumman MESA (Multirole Electronic Scanned Array) yang dipasang di punggung belakang pesawat.

Radar ini mampu melakukan pencarian udara dan laut secara simultan, kontrol tempur dan pencarian area dengan jangkauan maksimum lebih dari 600 km (look-up mode).

Saat beroperasi dalam mode look-down terhadap target jet tempur lawan, jarak maksimumnya lebih dari 370 km.

Ketika digunakan melawan target maritim, jarak maksimumnya lebih dari 240 km untuk target ukuran sebesar kapal fregat.

Hebatnya radar MESA ini mampu secara simultan melacak 180 target bersamaan dan melakukan 24 intersepsi sekaligus.

-RBS-

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *