US Navy SEAL, tidak hanya otot kawat dan tulang baja

US Navy SEALUS Navy

AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Siapa tak kenal pasukan elit Angkatan Laut AS (US Navy) yang disebut Navy SEAL. Tim Sea, Air and Land (Laut, Udara, dan Darat) ini adalah pasukan operasi khusus utama Angkatan Laut AS. Navy SEAL juga adalah komponen dari Komando Peperangan Khusus Angkatan Laut.

Di antara fungsi utama SEAL adalah melakukan misi operasi khusus unit kecil di lingkungan maritim, hutan, perkotaan, kutub, pegunungan, dan gurun.

SEAL biasanya diperintahkan untuk menangkap atau membunuh target tingkat tinggi, atau untuk mengumpulkan intelijen di belakang garis musuh.

Personel tim SEAL dipilih secara ketat untuk dilatih memiliki tingkat kemahiran tingkat tinggi dalam aksi langsung, pengintaian khusus, dan tugas lainnya seperti sabotase, pembongkaran, pengumpulan intelijen, pengintaian hidrografi, dan seterusnya.

Tim SEAL akan dikerahkan untuk misi penyusupan dan ekstraksi ke lokasi target. SEAL akan diantarkan menggunakan kapal selam, kapal permukaan, helikopter, pesawat, maupun wahana lainnya.

Pertanyaannya, untuk membentuk pasukan elite dengan kemampuan multimatra ini tentu juga tidak mudah. Tim akan digembleng secara keras termasuk dalam materi pendidikan yang disebut Hell Week.

Bila kalian pernah menonton film GI Jane, di situ terlihat betapa berat tahapan latihan yang harus jalani oleh siswa SEAL untuk berhak mengenakan brevet satuan elite ini. Walau kebanyakan personel SEAL bertubuh tegap, jangan dikira mereka yang lulus hanya bermodalkan otot kawat dan tulang baja.

Satuan elite ini membutuhkan personel yang cerdas, beremosi stabil, dan sanggup bekerja sama dalam tim. 

US Navy tidak serampangan dalam mencetak personel SEAL. Sebuah Pusdiklat (Pusat Pendidikan dan Latihan) Navy SEAL dibangun di San Clemente, berseberangan dengan US Naval Amphibious Base (NAB), kawasan selatan kota Coronado, California.

Nama resmi sekolah itu adalah Basic Underwater Demolitions/SEAL (BUD/S) yang bernaung di bawah US Naval Special Warfare Center. Di sini para calon personel akan diseleksi dan digembleng selama 32 minggu.

Ciri kompleks sekolah tersebut adalah menara tangki air setinggi 15 meter dari silinder baja tebal. Bangunan yang jaraknya 100 meter dari pantai Samudra Pasifik ini dipakai untuk latihan pendakian bebas dan sarana praktik teknik menambal lambung kapal selam.

Tak jauh dari rak penyimpanan perahu karet, berdiri kokoh tembok beton setinggi 15 meter berikut enam tali panjat guna melatih ketahanan fisik. Sementara di kawasan selatan ada aneka sarana latihan halang rintang yang diberi berbagai nama. Misalnya Balance Logs (Batang Kayu Keseimbangan), Cargo Net (Jaring Kapal), dan Barb Wire Belly (Deretan Lingkaran Kawat Berduri).

Seleksi BUD/S

Mayoritas calon siswa BUD/S diambil dari prajurit US Navy. Sedangkan calon siswa non US Navy berasal dari Marinir, US Ranger atau Coast Guard. Mereka tetap diterima sepanjang lulus seleksi sesuai panduan US Training Course No. A-431-0024.

Tahap seleksi yang akan berlangsung selama tujuh minggu ini disebut Tahap Keempat dan bukan Tahap Pertama. Ini merupakan pengganti periode indoktrinasi yang sejak dekade 1960-an menjadi pintu masuk sekolah SEAL.

Sebelum proses seleksi mulai, calon siswa berbaris di lapangan untuk menerima taklimat tentang apa saja yang bakal dijalani selama 25 minggu ke depan. Jika memilih mundur, cukup pencet bel di bawah kaki pelatih. Kepada mereka yang terus maju, dibagikan seperangkat pakaian dan nomor seleksi.

Materi inti seleksi adalah tes kemampuan aneka teknik berenang dan lari jarak jauh dalam durasi tertentu. Tes diawali dengan renang sejauh 277 meter selama 7,5 menit dengan gaya bebas.

Setelah istirahat 10 menit, disusul 30 kali sit-up, 30 kali push-up, dan enam kali pull-up, masing-masing dua menit dengan jeda dua menit. Proses seleksi diakhiri dengan lari sejauh 1,6 kilometer selama 7,5 menit dengan pakaian lengkap. Hasilnya, 85 persen tersingkir.

Setelah resmi diterima dalam program latihan BUD/S, para siswa dikelompokkan dalam empat kelas untuk memasuki tahap indoktrinasi selama lima minggu. Semuanya mengenakan T-shirt putih dan celana hijau plus helm hijau yang dituliskan nama dan nomor.

Empat minggu di muka, fokus latihan bertajuk Physical Evolution (PE) pada penggalangan disiplin, integritas, motivasi dan kemampuan kerja sama tim.

Untuk latihan lari jarak jauh, jarak tempuh sedikitnya sejauh 96 kilometer. Disusul berbagai teknik renang di kolam Mike Collins Memorial seluas 1.150 meter persegi milik NAB. Salah satunya adalah teknik Drown Proofing (DP). Siswa harus menyelam hingga ke dasar kolam untuk mengambil suatu benda dan kembali naik ke permukaan dengan tangan dan kaki merapat ke tubuh.

Mengusung balok secara beregu baik telentang maupun sambil lari. (US Navy)

Materi lain yang tak kalah berat adalah senam dan lomba lari beregu sambil mengusung balok. Pada lomba lari, anggota tiap tim harus memanggul balok dan berlari sejauh 22 kilometer di perbukitan pasir tepi pantai. Kemudian tiap tim mendorong balok sambil menerjang ombak hingga terendam laut. Begitu ada aba-aba, semua tim serentak bangkit dan berlomba kembali ke darat sambil memanggul balok yang telah basah.

Setibanya di pantai, seluruh tim segera bersiap untuk lomba berbaris sejauh 90 meter. Sambil terus berjalan, dua orang paling belakang di setiap tim harus bisa mengoper balok kepada dua rekan di depannya dengan posisi balok tetap di antara dua kaki. Begitu seterusnya hingga balok mencapai dua personel terdepan dan tim mencapai garis akhir.

Para siswa juga mengikuti aneka pelatihan di kelas. Materinya antara lain teknik dasar P3K, SAR tempur, dan pengintaian hidrografis. Tiap hari kegiatan di kelas makan tempo 12 jam.

Inti dari latihan tahap pertama adalah membangun rasa percaya diri dan kerja sama yang tinggi. Pelatih selalu berusaha meyakinkan para siswa bahwa mereka pasti sanggup melewati seluruh tahap latihan jika mau fire in the gut alias berani berkorban dengan mengenyampingkan segala rasa sakit, letih, marah, dan jenuh.

Namun mereka adalah sukarelawan yang bisa keluar kapan saja. Apalagi dalam tahap pertama ada sesi latihan berat Hell Week yang amat menjajal ketahanan fisik dan mental siswa hingga batas maksimal. Pada sesi ini bahkan satu kelas dapat “hilang”.

Mereka yang tak lulus tahap PE, boleh mengulang hanya pada materi mana yang bermasalah. Khusus bagi siswa yang merasa tak kuat lagi mengikuti program latihan BUD/S, dipersilahkan membunyikan lonceng kuningan sebanyak tiga kali sebagai isyarat keluar dari BUD/S.

Tahap Kedua

Setelah melewati penggojlokan fisik, siswa dihadapkan kepada sembilan minggu kedua. Warna T-shirt telah berganti jadi hijau. Materi latihan sudah merujuk pada tugas sejati SEAL. Penekanan pada aneka teknik pertempuran darat dan bawah air, termasuk demolisi bermacam jenis obyek vital.

Pada lima minggu awal, kegiatan dilakukan dalam kelas. Berbagai teknik infiltrasi dan evakuasi menjadi santapan harian. Para pelatih selalu menekankan faktor keselamatan dalam tugas dan betapa langkah evakuasi yang salah dapat berakibat fatal. Tak ketinggalan, para siswa juga dikenalkan pada berbagai macam senjata.

Di penghujung tahap kedua, para siswa diterjunkan dalam suatu simulasi pertempuran yang seutuhnya. Pada sesi ini dipraktikkan beragam teknik pengintaian pantai dan demolisi sasaran bawah air. Juga teknik pertempuran darat untuk menghancurkan sasaran darat (inland demolition raid) yang dijaga para pelatih. Jika ada siswa yang tertangkap, bakal diperlakukan bak tawanan perang. Termasuk diinterogasi dan disiksa tanpa ampun.

Tahap Ketiga

Pelatihan meningkat ke tahap ketiga selama tujuh minggu. Penempaan fisik masih ada, walau fokus lebih pada latihan tempur bawah air (combat scuba training) berikut aneka teknik keluar dari dan masuk ke dalam kapal selam. Untuk itu para siswa dikenalkan berbagai jenis peralatan selam dan senjata bawah air.

Kegiatan pendahuluan dilakukan dalam sebuah kolam renang yang luas dilengkapi alat penghasil ombak buatan. Setelah para siswa dinilai mahir menggunakan bermacam peralatan selam, kegiatan dilanjutkan di Teluk San Diego.

Latihan penyelaman beregu di kolam sebelum melaksanakan penyelaman di laut. (US Navy)

Selain pengenalan beragam peralatan selam, para siswa juga diajari teknik renang bawah air jarak jauh secara berpasangan. Menjelang pengujung tahap ketiga, para siswa melakukan beberapa simulasi penyerangan aneka sasaran di laut.

Akhirnya di petang hari Sabtu pada minggu ketujuh, pelatih mengumumkan bahwa para siswa yang masih ada telah lulus program pelatihan BUD/S. Meski begitu para siswa tak lantas otomatis menjadi personel SEAL. Mereka masih harus mengikuti serangkaian tahap pelatihan lanjutan untuk dapat menyandang brevet SEAL.

Tahap Lanjutan

Pada tahap ini wisudawan BUD/S mengikuti diklat para dasar di sekolah para AD di Fort Benning, Georgia. Lari jarak jauh masih dilakoni sejauh hampir lima kilometer selama 27 menit.

Selepas Fort Benning, dilanjutkan tahap pelatihan kualifikasi atau SEAL Qualification Training (SQT) selama 15 minggu. Peserta disodori dua pilihan, sebagai operator kendaraan bawah air Swimmers Delivery Vehicle (SDV) atau jadi personel tim aksi SEAL.

Jika memilih SDV, yang bersangkutan diberi pelatihan cara mengoperasikan SDV selama dua minggu. Sementara bagi yang memilih jadi tim aksi SEAL, akan mengikuti masa percobaan selama enam bulan yang di dalamnya ada program latihan taktis STT. Latihan ini mengajarkan bermacam teknik dan prosedur tempur yang dipakai SEAL dalam setiap operasinya.

Di akhir masa percobaan, seluruh wisudawan BUD/S baru resmi diterima sebagai personel SEAL. Selain menerima kode klasifikasi AL atau Naval Enlisted Classification (NEC), di dada yang bersangkutan terpasang brevet SEAL.

Sebelum ditugaskan untuk misi pertamanya, seorang personel junior wajib ikut diklat dasar maritim suhu dingin atau Basic Cold Weather Maritime Training (BCWMT) di kawasan Kodiak (Alaska). Ditambah kursus keterampilan khusus selama 25-30 minggu.

Perjalanan prajurit SEAL tidak selesai sampai di situ dan hanya mereka yang tangguh yang akan dapat melalui semua penggemblengan untuk menjadi tim elite Navy SEAL sejati.

-JDN-

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *