F-86 Sabre, Jet Tempur Terbanyak Diproduksi Selama Perang Dingin (Bagian 3)

F-86 Sabre at Korean WarUSAF

AIRSPACE REVIEW (airspace-review.coom) – Perang Korea merupakan ujian pertama jet tempur F-68 Sabre milik Angkatan Udara AS (USAF). Di perang yang berlangsung pada 1950-1953 itu, F-86 buatan AS berhadapan langsung dengan MiG-15 Soviet di atas Semenanjung Korea.

Pihak AS menyatakan, dalam 900 kali pertempuran udara setidaknya 792 MiG-15 berhasil dijatuhkan. Sebaliknya AS mengakui hanya 78 pesawat F-86 yang jatuh.

Bila ini benar maka kill ratio antara F-86 dengan MiG-15, adalah 10 berbanding 1 (10:1), sesuatu jumlah yang fantastis.

Dokumen Soviet menyatakan, dalam 279 pertempuran udara, angkatan udaranya berhasil merontokkan 650 pesawat F-86 meskipun hanya diakui 224 pesawat yang jatuh.

Perlu dicermati juga bahwa siapa yang duduk di dalam kokpit pesawat berperan besar dalam kemenanganan pertempuran udara.

Dapat dikatakan, kemampuan pesawat masih sangat tergantung terhadap pilotnya alias man behind the gun.

Dampak Perang Korea mendongkrak penjualan pesawat buatan North American Aviation ini ke luar negeri.

Negara pertama yang mengoperasikan pesawat ini adalah Taiwan dari jenis F-86F-1-NA. Tidak tanggung-tanggung, Taiwan membeli 160 unit F-86 yang dikirim pada periode Desember 1954 hingga Juni 1956.

Belakangan pada tahun 1958, Taiwan menambah lagi 320 unit F-86F dan tujuh RF-86F, di mana semuanya di-up-grade hingga menjadi F-86F-40.

Tahun 1954 Kongres AS menyetujui pengiriman pesawat untuk melengkapi kekuatan udara Jepang yang hancur pasca PD II. Selain 68 unit T-33A sebagai pesawat latih juga dikirim 54 pesawat F-86F dari surplus AU AS.

Belakangan dikirim lagi 135 unit yang sebagiannya dirakit oleh Mitsubishi. Kemampuan merakit ini nantinya menjadikan Mitsubishi membuat sendiri 300 unit F-86F di bawah pengawasan AS.

Hingga akhir 1957, tulang-punggung kekuatan udara Nihon Koku Jeitei (Pasukan Udara Bela Diri Jepang) ditopang oleh ratusan F-86F.

Selain pilot AS, pilot Pakistan merupakan pilot pertama yang mengoperasikan F-86 dalam duel udara.

Sejak diterimanya 120 unit F-86F tahun 1954, pesawat langsung ditempatkan di garis depan berhadapan dengan kekuatan udara India yang didominasi produk Inggris. Setelah dioperasikan selama 10 tahun pesawat ini terlibat perang dalam kasus Kashmir yang dikenal dengan pertempuran 22 hari pada tahun 1965.

Dari pertempuran tersebut, Wing Commander (Letkol) Mohammed Mahmood Alam lahir sebagai ace dari Asia setelah berhasil merontokkan 11 Hawker Hunter Mk-56 milik India. Bukan hanya tercatat sebagai ace pertama Asia saja, Alam juga tercatat sebagai ace pertama yang dapat menjatuhkan lima pesawat musuh dalam satu hari, yaitu pada 7 September 1965.

Periode 1953 hingga 1973, ratusan F-86 baik produk AS, Kanada maupun Australia, dikirim ke negara lain. Saking lakunya, beberapa negara termasuk Indonesia hanya sempat mengoperasikan setelah menjadi pesawat bekas pakai.

Bila Indonesia mendapat 23 F-86 dari RAAF dan TUDM, Venezuela mendapatkan dari Argentina dan Jerman. Sementara Arab Saudi dan Portugal mendapatkan pesawat dari Norwegia. Kemudian Bangladesh mendapatkan dari Pakistan, Filippina dari Taiwan, juga Afrika Selatan dan Tunisia mendapat bekas pakai dari USAF.

F-86 ibarat terlahir untuk perang. Diawali dari Perang Korea 1952, dilanjutkan Krisis Taiwan 1958 lalu Perang Vietnam 1960-an hingga konflik India-Pakistan 1965 dan 1971.

Selain banyak negara mencatat kehebatan F-86 sebagai mesin perang, tak sedikit pula yang menggunakannya dalam tim aerobatik. Indonesia sendiri memakai pesawat ini untuk membentuk tim aerobatic Spirit-78 yang ditampilkan dalam Hari Ulang Tahun ABRI 5 Oktober 1978.

Tim yang hanya sempat berlatih tiga minggu dan masing-masing pilot cuma diberi alokasi sebanyak enam sorti itu, dapat menampilkan kepiawainnya dalam delapan maneuver selama 12 menit. 

Saat terbang pertama dengan F-86, para pilot TNI AU berlatih aerobatik tanpa melewati terbang dual, mengingat semua pesawat ini bertempat duduk tunggal.

-FDP/Poetra-

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *