AIRSPACE REVIEW (airspace-review.coom) – Pada tanggal 7 Februari 2007, prototipe pertama jet tempur MiG-35 sukses melakukan penerbangan perdananya.
Jet tempur yang dijuluki oleh NATO sebagai Fulcrum-F ini digolongkan sebagai jet tempur multiperan generasi 4,5 atau 4++.
Biro Mikoyan Gurevich mengembangkannya berdasarkan teknologi lanjutan dari MiG-29M/M2 dan MiG-29K/KUB. Versi berkursi satu berkode MiG-35, sementara yang berkusi dua berkode MiG-35D.
Pesawat telah mendapatkan peningkatan avionik dan menggunakan radar Phazotron Zhuk-A/AM AESA. Bawaan persenjatannya pun lebih banyak dibandingkan keluarga MiG-29.
MiG-35 diperkenalkan pertama kali kepada publik di pameran kedirgantaraan internasional di MAKS tahun 2007.
Kehadiran MiG-35 menjadi alternatif baru sebagai penerus MiG-29 yang lebih canggih.
Pada tahun 2017 Kementerian Pertahanan Rusia mengumumkan pembelian 30 MiG-35. dari rencana total 170 unit.
Pada Mei 2018, pesawat sudah mulai menjalani pengujian. Selanjutnya dua pesawat dari enam pada batch pertama diserahkan kepada Angkatan Udara Rusia pada bulan Juni 2019.
Keenam pesawat MiG-35 tersebut saat ini digunakan oleh tim aerobatik Swifts milik AU Rusia.
Untuk karakteristiknya, MiG-35 memiliki dimensi panjang 17,3 m, lebar sayap12 m dan tinggi 4,7 m. Berat lepas landas maksimumnya (MTOW) 29.700 kg.
MiG-35 ditenagai dua Klimov RD-33 MK dengan daya dorong kering masing-masing 53,0 kN dan dorong dengan afterburner 88,3 kN.
Pesawat memiliki performa kecepatan maksimum 2,35 Mach (2.600 km/ jam). Ketinggian terbang hingga 17.000 m dengan radius tempur 1.000 km .
MiG-35 yang juga digelari Super Fulcrum ini dipersenjatai persenjatan tetap satu meriam 30 mm GSH-30-1 dengan kapasitas 150 putaran.
Tersedia sembilan cantelan senjata di MiG-35 dengan kapasitas muat total 7.000 kg. Pesawat dapat membawa beragam rudal dan bom pintar karena sistem elektronik dan radarnya telah ditingkatkan.
-RBS-