AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Bila Rusia menggunakan drone intai ringan Orlan-10, maka Ukraina punya andalan yaitu RQ-20A Puma.
Bukan buatan dalam negeri, drone ini buatan perusahaan Amerika Serikat, AeroVironment.
Drone Puma dapat diluncurkan langsung dari tangan.
UAV ini dirancang sedemikian rupa sehingga persiapan operasinya memakan waktu hingga 10 menit saja.
Puma ditenai motor listrik, sehingga suaranya lebih halus dan elemen lainnya dapat dengan cepat diganti di lapangan.
Drone dilengkapi dengan empat kamera pengintai tahan air, di mana dua di antaranya mampu melakukan penglihatan di malam hari (inframerah).
Puma juga dapat menerangi targetnya dengan sinar laser untuk mengarahkan senjata presisi tinggi ke target.
RQ-20A mampu mendarat baik di permukaan bumi maupun di atas air.
Jangkauannya mencapai 60 km dan mampu bertahan di udara selama 3,5 jam dalam kondisi cuaca -29C hingga +49C.
Untuk ketinggian terbang maksimumnya mencapai 3 km. Puma tetap bisa terbang dalam keadaan hujan deras sekalipun.
Drone Puma pertama kali digunakan pada tahun 2008 oleh Komando Operasi Khusus AS dan kemudian diadopsi oleh Angkatan Darat AS sejak 2014.
Satu paket RQ-20 Puma dibanderol dengan harga 250.000 dolar AS, sudah termasuk tiga drone dan dua stasiun darat.
Hingga saat ini, lebih dari 1.000 unit RQ-20 Puma telah diproduksi oleh AeroVironment.
Inggris dan hampir semua negara NATO menggunakan drone Puma.
Perusahaan menerangkan, RQ-20 Puma memiliki keunggulan signifikan dibandingkan drone Orlan-10 Rusia.
Dimensi keseluruhan Puma lebih kompak dengan lebar sayap 2,8 m dibandingkan dengan Orlan-10 yang 3,1 m.
Hal ini membuat Orlan lebih rentan terhadap senjata ringan dan tembakan antipesawat.
Drone Rusia memiliki berat 18 kg, sedangkan Puma hanya berbobot 6,1 kg.
Sebuah ketapel khusus digunakan untuk meluncurkan Orlan-10. Sedangkan Puma hanya dilepas menggunakan tangan sang operator.
Ditambahkan, kamera Orlan-10 Rusia tidak memiliki resolusi dan zoom yang sama dengan drone Puma.
-JDN-