Rusia ditekan AS dari dua sisi: CAATSA untuk calon pembeli dan sanksi untuk Moskow

Su-57 Felon and Su-75 CheckmateVia Reddit
ROE

AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Rusia mendapat dua tekanan AS dari dua sisi yang mengakibatkan industri dirgantara maupun industri pertahanan Rusia lainnya mengalami kemunduran.

Pihak Barat mengklaim pengembangan jet tempur andalan Rusia, Su-57 dan Su-75, akan mengalami kesulitan.

Boeing_contoh2

Disebutkan juga bahwa Su-75 Checkmate tidak akan mengudara dalam satu dekade ke depan akibat sanksi tersebut.

Rusia mengalami kesulitan dalam menjual pesawatnya karena negara-negara calon pembeli berpikir mengenai ancaman CAATSA (Countering America’s Adversaries Through Sanctions Act) yang diberlakukan AS, sehingga akhirnya membatalkan kesepakatan.

Kedua, Moskow mendapatkan sanksi internasional yang dimotori AS di mana sanksi ini meruntuhkan sendi-sendi ekonomi dan industri pertahanan Rusia karena tingkat ketergantungan pada komponen luar yang masih tinggi.

Rusia dikatakan akan sulit mengejar produksi untuk kebutuhan pesawatnya dalam kondisi seperti itu.

Padahal, sebelum terjadi perang antara Rusia dan Ukraina, Moskow telah mengumumkan pemasaran Su-57E ke pasar internasional.

Demikian juga dengan Su-75 sebagai jawaban bagi negara-negara yang tidak bisa membeli F-35 karena jet siluman AS memang hanya dijual kepada negara-negara sekutu atau ke negara yang direstui.

Defense News pada 20 Oktober menulis, Su-57 mengalami tingkat produksi yang rendah dan bahkan menurun.

Model ekspor pun sepertinya juga tidak akan tersedia hingga akhir dekade ini.

Sedangkan Su-75 yang berbobot sedang, masih dalam taraf model dan grafik komputer. Pesawat tersebut belum memiliki satu prototipe penerbangan uji yang sukses.

Kini andalan ekspor Rusia adalah Su-35 di mana pesawat ini telah berhasil dijual ke China.

Meski demikian ditandaskan, untuk mengekspor Su-35 pun Rusia tidak akan mencapai jumlah yang signifikan dalam dekade ini.

Mesir telah membatalkan pembelian Su-35 dalam jumlah banyak karena menghindari ancaman CAATSA dari AS.

Demikian juga dengan Aljazair dan Indonesia yang bahkan semuanya telah menandatangani kontrak pembelian.

Begitulah masalah besar yang dihadapi Rusia. Untuk keluar dari cengkeraman AS melalui dua model sanksi yang diberlakukan itu, Rusia harus melakukan terobosan yang jitu.

Dapat kita katakan, AS memang lebih lihai memainkan strategi tingkat tinggi untuk melumpuhkan Rusia.

Sampai kapan hal ini akan berlangsung? Tidak ada yang tahu, sampai Rusia bisa keluar dan lolos dari jerat tekanan AS tersebut.

-RNS-

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *