AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Menteri Transportasi Rusia Vitaly Savelyev mengatakan di hadapan Parlemen Rusia bahwa Moskow belajar ke Iran untuk mengatasi sanksi yang dijatuhkan AS di sektor penerbangan sipil.
“Rusia dipandu oleh pengalaman Iran dalam melayani pesawat dalam situasi yang sama,” ujar Savelyev pada 23 Maret.
Ditambahkan, Teheran tentu memiliki banyak pengalaman karena telah menjadi sasaran sanksi AS dan internasional selama beberapa dekade. Saran-saran dari Iran akan dipelajari oleh Rusia.
Seperti diberitakan Forbes, Iran telah dilarang menerima suku cadang pengganti atau pesawat baru dari produsen internasional selama bertahun-tahun, tetapi maskapai penerbangan negara itu berhasil tetap terbang, sebagian besar menggunakan beberapa pesawat untuk suku cadang pengganti.
Dari armadanya yang berjumlah sekitar 250 pesawat pada 2018, sekitar 100 di antaranya di-grounded karena rusak atau dibongkar untuk suku cadang, atau dikanibal.
Dikatakan bahwa sanksi yang dikenakan pada Rusia lebih komprehensif daripada yang dikenakan pada Iran.
Sanksi tersebut termasuk larangan pesawat Rusia menggunakan wilayah udara dan bandara di AS, Kanada, Uni Eropa dan Inggris.
Selain itu, produsen pesawat telah berhenti memasok pesawat baru atau menyediakan suku cadang atau perawatan.
Lebih dari 500 pesawat yang digunakan maskapai Rusia disewa dari perusahaan di Irlandia atau Bermuda, tetapi regulator di negara-negara tersebut telah menangguhkan atau membatalkan sertifikat kelaikan udara mereka.
Sebagai tanggapan, Presiden Vladimir Putin menandatangani undang-undang yang memungkinkan maskapai Rusia untuk menempatkan pesawat ini di registri local dan mendapatkan sertifikasi kelaikan udara.
Sejauh ini, hampir 800 pesawat dari armada Rusia yang berjumlah sekitar 1.367 pesawat, telah dipindahkan ke daftar Rusia.
Meski demikian, beberapa pesawat yang terdaftar di Rusia belum dicabut pendaftarannya di tempat lain dan hal ini melanggar aturan penerbangan internasional.
Otoritas Penerbangan Irlandia misalnya, telah mengidentifikasi setidaknya 11 pesawat Boeing sekarang terdaftar ganda, termasuk pesawat yang diterbangkan oleh Rossiya dan Alrosa.
Penerbangan internasional oleh maskapai Rusia telah sangat dibatasi karena sanksi.
Pada 8 Maret, maskapai nasional Aeroflot menangguhkan semua penerbangan internasional kecuali layanannya ke ibu kota Belarusia, Minsk.
Awal bulan ini, maskapai terbesar kedua di Rusia, S7, juga menangguhkan semua penerbangan internasional.
Operator lain, termasuk anak perusahaan berbiaya rendah Smartavia dan Aeroflot, Pobeda, juga telah mengambil langkah serupa.
Namun, dalam beberapa hari terakhir Aeroflot mulai membangun kembali jaringan internasionalnya.
Pada 14 Maret, penerbangan kembali dilaksankaan ke Bishkek dan Osh di Kirgistan dan seminggu kemudian mulai terbang ke Baku, ibu kota Azerbaijan.
Mulai 2 April, penerbangan ke Teheran akan dilanjutkan.
-Jaden-

