AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Sistem pertahanan udara S-500 Prometey (Prometheus) yang dikembangkan oleh Rusia akan menjadi sistem pertahanan udara paling canggih di dunia. Selain mampu menghancurkan rudal-rudal hipersonik, S-500 juga mampu menggasak target hingga ketinggian 100 km di atas permukaan Bumi.
Kepala Insinyur pengembangan S-500, Pavel Sozinov, mengatakan sistem pertahanan udara berbasis rudal permukaan ke udara paling mutakhir ini memiliki jangkauan tembakan sejauh 400-600 km.
Pernyataan Sozinov diperkuat oleh Panglima Angkatan Kedirgantaraan Rusia, Sergei Surovikin, yang menyebut bahwa S-500 dipersiapkan untuk melumpuhkan target-target udara canggih termasuk rudal-rudal hipersonik di ruang dekat Bumi.
Sistem ini juga disiapkan untuk menghancurkan rudal-rudal balistik jarak menengah maupun rudal-rudal balistik antarbenua.
Fitur-fitur teknis yang ada pada S-500, kata Surovikin seperti Airspace Review kutip dari pemberitaan Sputnik (3/7), menjadikan sistem ini sebagai jaringan pertahanan ruang (space-defence network) generasi pertama.
Ia memuji sistem pertahanan udara S-500 sebagai sebuah sistem non-analog di dunia.
S-500 Prometey, dikenal juga sebagai 55R6M Triumfator-M, telah diuji oleh Pasukan Pertahanan udara Rusia pada 2019.
Hal ini seperti diberitakan oleh Kementerian Pertahanan Rusia pada 4 Juni 2019, yang memperlihatkan video uji coba intersepsi terhadap target berupa rudal antibalistik jarak jauh oleh sistem pertahanan udara baru.
Riset rancangan S-500 pertama kali dilakukan Biro desain Almaz-Antey pada 2009 dan selesai pada 2012. Sistem ini merupakan sistem pertahanan udara baru hasil pengembangan dari S-400 Triumf.
Tahun 2013, dua fasilitas pabrik untuk memproduksi sistem ini dibuat oleh Rusia. Setahun kemudian, produksi pertama prototipe S-500 mulai dibuat.
Menurut rencana awal, sepuluh batalion S-500 akan dibeli untuk memperkuat Pasukan Pertahanan Udara Rusia (VKO).
Kementerian Pertahanan Rusia mengharapkan, tahun depan sistem pertahanan udara ini dapat diserahkan pertama kali kepada Angkatan Bersenjata Rusia.
Roni Sontani