Mengajukan Waiver CAATSA, kunci pembelian Su-35 oleh Indonesia

Su-35Bogdan Rudenko/MoD

AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Sudah menjadi rahasia umum bahwa Indonesia terancam dikenai sanksi CAATSA oleh Amerika Serikat (AS) jika meneruskan niat dan proses pembelian satu skadron jet tempur Su-35 (NATO: Flanker-E) dari Rusia.

Pihak Dinas Federal Rusia untuk Kerja Sama Teknik dan Militer melalui direkturnya, Dmitriy Shugaev, pun sudah menyatakan hal tersebut.

CAATSA (Countering America’s Adversaries Through Sanctions Act) sesungguhnya lebih ditujukan kepada Rusia, China, Korea Utara, dan Iran. Maksud dari undang-undang Amerika Serikat ini adalah melemahkan negara-negara yang berseberangan dengan AS tersebut secara politik maupun ekonomi.

Caranya, dengan menghalangi perdagangan maupun kerja sama militer melalui pemberian sanksi kepada negara yang melakukan transaksi senjata bernilai besar atau strategis dengan keempat negara itu (Rusia, China, Korea Utara, dan Iran).

Dari pembicaraan dengan sejumlah sumber yang tidak bersedia disebutkan namanya, Airspace Review memperoleh informasi bahwa sesungguhnya Indonesia masih berpeluang memperoleh jet tempur Su-35 dari Rusia. Yaitu, dengan meminta pengecualian (waiver) dari sanksi CAATSA kepada Amerika Serikat.

Klausul pengecualian (waiver) ini dimungkinkan jika Indonesia bisa memberikan tawaran balik yang menguntungkan pihak AS.

Dengan kata lain, Jakarta harus mampu menunjukkan bahwa Indonesia punya peran penting dan strategis bagi kepentingan geopolitik AS, sehingga tidak perlu dijatuhi sanksi CAATSA sekalipun membeli senjata bernilai strategis dari Rusia.

Meski opsi memberikan AS akses kepada sejumlah wilayah Indonesia untuk kepentingan militernya tidak bisa dilakukan karena Indonesia menganut politik bebas aktif, masih ada beberapa opsi lain yang bisa ditempuh.

Pertama, kata sumber Airspace Review, bisa saja Indonesia membeli sejumlah besar persenjataan dari AS (misalnya 48 jet tempur F-16V Block 72) dengan mengajukan syarat bahwa pembelian itu akan direalisasikan jika waiver CAATSA untuk pembelian Su-35 diberikan oleh AS kepada Indonesia.

Kedua, Indonesia bisa menawarkan kesediaan untuk latihan militer bersama (joint military exercise) secara rutin yang diprogramkan bersama dalam jangka waktu tertentu.

Memang kendala terbesar untuk opsi pertama adalah ketersediaan dana. Namun, satu sumber lain yang juga tidak bersedia diungkap namanya menjelaskan, Indonesia bisa saja membeli sejumlah besar F-16 tersebut secara bertahap. Misal, kontrak pembelian untuk 24 unit dulu, sementara sisanya berupa opsi yang akan dieksekusi bertahap dalam beberapa tahun ke depan.

Sebagai negara berdaulat dan dengan potensi sebagai kekuatan ekonomi dunia yang sudah diperhitungkan banyak negara, sudah seharusnya Indonesia percaya diri dan berani terang-terangan meminta waiver CAATSA.

Antonius KK

Approved by Ron

20 Replies to “Mengajukan Waiver CAATSA, kunci pembelian Su-35 oleh Indonesia”

  1. Sebenarnya Indonesia punya posisi tawar dengan akan membeli produk Amerika Serikat seperti kita sudah membeli rudal AIM 9 X Sidewinder dan AIM 120 AMRAAM juga membeli kit JDAM. Oh ya juga telah membeli helikopter AH 64 Apache.
    Lalu misalnya harus beli lagi bisa mengajukan pembelian 24 pesawat F 16 block 70 Viper serta 24 pesawat F 15 Strike Eagle atau 24 buah Seper Hornet dan 24 buah F 15 Strike Eagle.
    Lalu untuk latihan militer khan kita sudah rutin adanya Garuda Shield, lau latihan udara dengan USAF serta kita rutin ikut RIMPAC.
    Juga kita punya posisi tawar masalah LCS dimana jika TNI kuat bisa penghadang laju kekuatan China di LCS.

  2. Amerika melarang negara lain utk beli dari Rusia , China , Korea Utara dan Iran , padahal pembeli barang2 terbesar China adalah Amerika , termasuk material tanah jarang yg digunakan Amerika utk teknologi tinggi militer mereka , seperti cat anti radar pesawat siluman , pembuatan IC dan transistor utk electronik mereka sampai iPhone yg mereka pakai buatan China , karena pabriknya memang di china

  3. Kalo aku sbg masyarakat umum..yg aku pahami adalah Indonesia adl negara Merdeka, Berdaulat, ber politik luar negeri bebas dan aktif jd kita yg ber hak menentukan pilihan terbaik stlh melalui kajian terbaik pula..
    Ditambah Indonesia sdh punyay pengalaman membeli alutsista baik dari Amerika ataupun Rusia…tinggal pemimpin negeri ini yg terkait dg itu yg hrs bisa buktikan kpd masyarakat Indonesia

    1. benar pak kita negara merdeka berdaulat, kita punya hak untuk menentukan pilihan kok. amerika itu kan cuman maunya “kalo lu beli barang dia, ga usah pake barang gw deh, terus ga usah dagang sama gue deh”. kan gitu, kita juga punya pilihan untuk tidak patuh pada caatsa, ya cuman pasti mereka gak mau dagang lagi sama kita. selama ini persepsi seolah2 amerika larang kita, kan enggak.

  4. Kembali kepada keberanian para pemimpin dari pengambil keputusan. Kalo ngotot seperti Mesir juga tdk ada masalah. sebagai negara berdaulat baik politik ekonomi sosial budaya dan pertahanan keamanan, tdk bisa Indonesia didikte apalagi ditekan dengan ancaman CAATSA dan embargo peralatan milter. Sekali mau didikte selamanya Indonesia akan diperlalukan sama, belajar dari kasus embargo militer pasca kerusuhan santo crus timor timur hingga tahun 1999 Jakarta akan dibom melalui pesawat pembom australia. Kalau Alutsista hanya memiliki dari blok barat dan USA. Begitu ada embargo dengan alasan apapun nanti pertahanan kita akan lumpuh, lain halnya kalo memiliki Alutsista dari dua blok, dan syukur2 mandiri, kemungkinan terjadi embargo bisa disiasati,

    1. bukannya udah telat ya pak, sebagian besar alutsista berat kita sekarang kan udah punya barat dan NATO, apa ga terlambat untuk takut beli karena takut embargo ? di embargo sekarang juga pincang kita pasti

  5. Kalau kita masih dikenai sanksi oleh amerika krn beli alutsista dari rusia gak perlu pusing.. tinggal stop saja produk produk Amerika yang masuk ke indonesia..saya yakin amerika pasti kapok..

    1. pfft, amerika stop impor dari kita pasti kejang2 tuh menteri kita. neraca perdagangan kita sama mereka itu positif bang, artinya kita lebih banyak ekspor ke mereka. makanya pemerintah takut kena caatsa

    2. Yang jelas tetap beli sukoi 35 bila memang berniat..
      Terlepas terkena sanksi atau tidak,
      JUSTRU bila harus dengan rayuan membeli 48 viper agar lolos su 35 berbahaya, ujung ujungnya bila terkena embargo semakin banyak jet tempur buatan Amerika yang tidak bisa beroperasi..

      Dari pada karena su 35 harus membeli viper 48 unit, lebih baik tetap beli su 35 tanpa beli viper, bahkan bila memang ada dananya anggaran untuk 48 viper untuk beli rafale atau gripen..

      Artinya diembargo atau tidak semua pesawat non Amerika tersebut tetap bisa beroperasi..

      Membeli 48 unit viper agar dapat 11 su 35 sama saja bunuh diri..

  6. Ya betul! Tawarkan ke amerika bahwa semua kepentingan amerika, cina, singapura dan australia di dalam negeri tidak akan diganggu gugat! Semua agen dan komprador tetap terlindungi! Jadi, musuh amerika dan sekutunya tetap akan menjadi musuh bersama!

  7. Sebenarnya….Indonesia ini…plin plan….kalau mau beli persenjataan jgn beli sebagian dari Amerika dan sebagian lagi dari blok Rusia. kalau mau berteman lebih banyaklah bersahabat dgn Amerika sehingga betul2 dianggap sahabat. begitu puka sebaliknya ke pihak Rusia. Kalau kedua duanya beli senjatanya 50% – 50% ya dianggap bukan sahabat di kedua bela pihak. kita ambil contoh di dunia …Arab Saudi betul2 menjadi sahabat Amerika…..ya di bantu terus menerus keamanannya… juga diberi persenjataan yg bagus sekalian dilindungi dgn rudal patriot…..jadi negara Arab Saudi Aman dari musuh2nya. Nah gak ada salahnya kalau Indonesia juga demikian.

  8. Dugaan sya, kenapa kemarin muncul opsi Rafale karena sebagai plan B nya pak prabowo. SU35 sudah sign contract, dengan mengimbangi pembelian F16V, diharap tidak terkena sanksi. Tapi kalau dalam nego, sanksi tetap diberlakukan, jalan keluarnya ya Rafale itu.

    Kerugian US bukan cuma karena F16 tidak terbeli, tapi beberapa dekade ke depan kehilangam pasar, karena customernya pindah ke Rafale.

    IMHO, rafale lebih baik dari F16v

  9. Terlalu lama publikasi pembelian Su-35 akhirnya terkendala CAATSA, seharusnya Indonesia lebih berani menunjukan jatidiri bangsa ini tidak mengikuti kemauan asing (AS), apalagi ini menyangkut keamanan wilayah Indonesia yang sangat luas. Mesir tanpa banyak publikasi akhirnya diinformasikan sudah dalam tahap produksi Su-35.

    Jika memang pilihannya indonesia takut akan sanksi dari AS (ekonomi) pilihan lainnya adalah Rafale Prancis yang lebih longgar perihal penjualan dan pemakaian alutsista dibandingkan negara eropa lainnya.

    Kedepan ekonomi indonesia harus kuat, ditakuti dan dihormati oleh negara lain agar hal sepele seperti CAATSA tidak mempengaruhi Indonesia nantinya.

    Karena Indonesia dihadapkan akan sekutu AS seperti Australia, malaysia (persemakmuran) apalagi singapura sudah dipastikan ikut ke AS jika ada perang di kawasan Asia.

    Indonesia kaya jika niat pasti alutsista dapat dibeli dengan harga berapa pun sesuai perkataan dari pemimpin negara ini bahwa ada 11.000 triliun dana Indonesia di luar negeri.

  10. F-16 sendiri di negara asalnya sudah mulai ditinggalkan. mending juga hold sampe next US Elections.
    Siapa tau arah geopolitik akan ikut berubah di bawah kepemimpinan Democratic Party
    Mending juga siapin proposal dari sekarang utk project IF-X + TF-X / program model HAL-FGFA bareng RUS

  11. Mungkin keduluan caatsa karena waktu itu ada jeda lumayan lama karena kesalahan kita sendiri terlalu idealis bahwa harga komoditas yang akan dijadikan barter kita terlalu menuntut harus menyesuaikan pasar. Padahal di kita melimpah lagian kalau harga komoditas turun kan kita juga yg susah….terlalu lama berfikir mungkin ya kebiasaan kita tidak segera dieksekusi, contoh Mesir tanpa publikasi tiba2 dah masuk jalur produksi dan mereka bersikeras karena sudah kontrak

  12. 48 F 16 blok 72??? Rafale lagi…..
    duit dr mana bos…..
    Mau beli SU saja hrs barter komoditi yg prosesnya model “ORAKEL” alias ora kelar kelar….
    Realistislah, tdk akan bisa lebih unggul dari RSAF dan RAAF (dgn order 72 F-35 nya) plus sebagai Cihuahua nya di Asia sejak PD II.
    Akibat CAATSA, bukan hanya berpengaruh terhadap alutsista udara, laut dan darat NKRI, juga terhadap perekonomian NKRI.

  13. Gak usah ribet tinjau ulang transaksi ma usa. Tinjau ulang investasi sektor usaha para sekutu seperti telkomsel komunikasi pertambangan freport, migas exon, atau caltex. Gitu aja repot

  14. Rempong kabeh……
    Kalau saya realistis saja lah…
    Arah proyek KFX IFX khan sudah jelas… 2020 ini terima prototipe.. semuanya memakai mayoritas teknologi USA. Akusisi sajalah F16 Blok 72.. atau F18 yg notabenene mesinnya sama dgn IFX…atau nambah lagi Secondhand Blok 52… Sambil menunggu IFX fully operational…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *