ANGKASAREVIEW.COM – Gripen E untuk Angkatan Udara Brasil atau yang biasa disebut juga sebagai Gripen NG (Next Generation), saat ini mulai menjalani perakitan tingkat dua (Stage 2) di pabrik Saab, Swedia. Tahapan ini adalah proses mengintegrasikan sejumlah komponen seperti avionik, mesin, unit power tambahan (APU), radar, canard, kanopi, dan lainnya.
Sebelumnya, perakitan tingkat satu (Stage 1) berupa integrasi kabel dan pipa telah selesai dilaksanakan.
Mengutip Jane’s, jet tempur kursi tunggal Gripen E dijadwalkan dapat melaksanakan penerbangan perdananya tahun ini.
Juru bicara Saab Conal Walker menyatakan, pembuatan pesawat Gripen akan selesai setelah menjalani perakitan tingkat tiga (Stage 3).
Pemerintah Brasil melalui program jet tempur F-X2 yang digulirkan tahun 2008 telah menetapkan pilihan akhir pada Saab Gripen NG di tahun 2013.
Ada tiga finalis yang berkompetisi di Negeri Bola saat itu, yaitu Dassault Rafale B/C, Boeing F/A-18E/F Super Hornet, dan Saab Gripen NG. Dibutuhkan lima tahun proses kajian sebelum putusan akhir diambil oleh Republik Federatif Brasil.
Pada 24 Oktober 2014 Brasil dan Swedia pun menandatangani kontrak jual beli senilai 39,3 miliar SEK atau 5,44 miliar dolar AS untuk 36 Gripen NG.
Varian pesawat tersebut terdiri dari 28 Gripen E (kursi tunggal) dan Gripen F (kursi tandem). Seluruh pengerjaan pesawat ini akan dituntaskan pada 2019-2024.
Dari 36 unit pesanan, sedikitnya 15 pesawat akan dilaksanakan perakitannya di Brasil dengan melibatkan Embraer sebagai industri dirgantara dalam negeri untuk proses produksi penuh Gripen NG.
Brasil mengeluarkan biaya tambahan sekira 1 miliar dolar AS atas permintaan khusus pengembangan wide area display (WAD) di kokpit Gripen NG. Perangkat ini adalah layar tampilan sentuh tangan berukuran 19 inci x 8 inci (48,26 cm x 20,3 cm).
Dengan menggunakan perangkat WAD panoramik, pilot bisa mengetahui segala hal, mulai dari info/data penerbangan, peta, keadaan sekeliling, hingga ruang pertempuran. WAD dibuat oleh perusahaan lokal AEL Sistemas sebagai bagian dari kesepakatan transfer teknologi.
Roni “Raider” Sontani