Saat Navy SEAL Berguguran Dihajar Taliban dalam Pertempuran Hebat di Pegunungan Afganistan

Navy SEALDietz - Murphy - Axelson/US Navy

ANGKASAREVIEW.COM – Sewaktu pasukan elite Angkatan Laut Amerika Serika, Navy SEAL, dikirim ke Afganistan untuk memburu kelompok pemberontak Taliban, mereka menghadapi misi yang penuh risiko. Salah satu misi yang menimbulkan korban jiwa dalam jumlah besar adalah saat melancarkan Operation Red Wings pada 27 Juni 2005.

Pada operasi pengintaian di daerah pegunungan itu, empat personel SEAL Team 10 diturunkan ke kawasan Asadabad, Provinsi Kunar. Misi utama yang dipimpin Letnan Michael Murphy ini adalah mendeteksi keberadaan tokoh Taliban, Ben Sharmak atau Ahmad Shah.

Tim kecil ini hanya ditugaskan melancarkan pengintaian. Jika sasaran utama sudah berhasil dideteksi, mereka diperintahkan untuk menghubungi markas komando untuk selanjutnya dikirim pasukan penghancur.

Dengan tugas spesifik dan diperintahkan menghindari kontak senjata, tim kecil ini bahkan tidak dibekali logistik obat-obatan yang memadai. Sehingga, jika mereka terpaksa bertempur dan terluka bisa mengalami nasib fatal.

Tim SEAL selanjutnya diterjunkan ke koordinat yang ditentukan menggunakan helikopter. Mereka kemudian meneruskan perjalanan ke lokasi pengintaian dengan cara jalan kaki naik-turun gunung.

Sesuai laporan intelijen, Ahmad Shah bersembunyi bersama sekitar 200 pasukannya dengan senjata lengkap. Letnan Murphy bersama tiga personel lainnya, Matthew Axelson, Danny Dietz, dan Marcus Lutteral diberikan waktu 24 jam untuk mengendus keberadaan Ahmad Shah.

Tim SEAL akhirnya tiba di lokasi pengintaian yang strategis dan segera melaksanakan misi pengintaian secara rahasia. Namun, selama pengendapan dan pengintaian serta ketika beristirahat, Tim SEAL menghadapi kendala yang tak terduga.

US NavyUS Navy

Kawasan tempat mereka bersembunyi ternyata merupakan tempat lintasan dan penggembalaan ternak. Dapat diduga, kondisi empat personel Tim SEAL pun rawan diketahui.

Terlebih saat itu semua personel SEAL tidak mengenakan seragam kamuflase ala sniper. Sehingga, para penggembala yang berpengalaman dengan kondisi hutan pegunungan bisa cepat mengenalinya.

Tiba-tiba salah satu personel SEAL yang bersembunyi hampir terinjak oleh salah satu penggembala. Posisi pasukan khusus itu pun akhirnya ketahuan.

Menyadari bahwa posisinya telah diketahui oleh para penggembala Taliban, para personel Tim SEAL pun diliputi kecemasan. Para penggembala itu sudah dipastikan akan segera melaporkan keberadaan pasukan asing di tempat itu.

Sempat terjadi diskusi serius di antara para personel SEAL, apakah perlu menembak mati tiga orang penggembala yang diyakini bukan kombatan itu, atau membiarkan mereka pergi dengan risiko posisi persembunyian dilaporkan kepada pimpinan kelompok Taliban.

Letnan Murphy akhirnya memutuskan untuk tidak melepaskan tembakan karena tindakan mereka bisa dianggap pembunuhan terhadap warga sipil secara ilegal yang justru akan memancing kemarahan serta kritik keras media AS.

Navy SEAL

Rupanya, keputusan Letnan Murphy untuk membiarkan ketiga penggembala itu pergi harus ditebus dengan harga yang sangat mahal.

Ketiga penggembala  yang telah mengetahui keberadaan empat SEAL segera bergerak cepat dan melaporkannya kepada pasukan Ahmad Shah.

Salah satu penggembala yang terbilang paling muda dan sangat menguasai medan pegunungan berbatu itu dengan tangkas berlari melintasi lereng terjal. Dalam waktu singkat ia pun telah tiba di markas pasukan yang dikendalikan oleh Ahmad Shah.

Setelah mendapat laporan, tanpa membuang waktu Ahmad Shah segera memimpin sekira 140 personel pasukannya untuk mengepung sekaligus menyergap keempat SEAL.

Kontak senjata

Pasukan Ahmad Shah yang sudah sangat terlatih dan hafal medan pegunungan, dengan cepat melaksanakan pengejaran kendati malam telah tiba. Dalam waktu yang tidak terlalu lama, pasukan Ahmad Shah sudah berhasil mendeteksi posisi personel SEAL dan bersiap melancarkan penyergapan.

Hadirnya pasukan Ahmad Shah pada keesokan harinya itu, sangat mengejutkan Tim SEAL karena terbilang terlalu cepat. Menyadari pasukan musuh sudah membangun formasi penyerbuan, tak ada pilihan lain kecuali harus menghadapinya dengan cara bertempur sampai mati.

Letnan Murphy segera memerintahkan kepada anak buahnya membangun perimeter dan bergerak mundur menuju ketinggian sambill memberikan perlawanan maksimal.

Navy SEALPinterest

Tembak-menembak antara kelompok Taliban yang rata-rata bersenjata senapan serbu AK-47 melawan tim SEAL pun berlangsung sengit. Sambil mundur Letnan Murphy memerintahkan Daniel Dietz yang ahli komunikasi menuju ketinggian untuk mengaktifkan radio dan meminta bantuan.

Dalam tembak menembak yang berlangsung makin sengit selama lebih dua jam itu, personel SEAL yang terjepit akhirnya gugur satu per satu.

Dietz yang sedang naik ke ketinggian untuk mencari sinyal dan merayap sambil menembakkan senjatanya, terhajar enam peluru AK-47 di kepalanya dan tewas seketika.

Letnan Murphy cepat-cepat meraih telepon seluler satelit dan berhasil menghubungi Markas Komando Operasi di Bagram Air Base.

Karena terus dihujani peluru dan tempat berlindung makin terbuka, tak lama kemudian Letnan Murphy pun terkena tembakan di perutnya.

Meski dalam kondisi terluka dan minimnya obat-obatan yang dibawa, Letnan Murphy tetap memimpin anak buahnya bertempur sebelum akhirnya tewas tertembak di dada.

Navy SEALLone Survivor

Kini tinggal Axelson dan Lutteral yang mati-matian bertempur serta terus menerus dihujani tembakan Taliban. Karena makin terdesak dan amunisi makin menipis, kedua SEAL yang sudah terluka itu  memutuskan untuk  berpencar. Sebelum berpisah Axelson sempat memberikan dua magasen peluru kepada Lutteral.

Dalam kondisi yang makin terdesak, Axelson pun menyusul kedua rekannya. Akibat tembakan gencar Taliban yang menghantam kepala dan dadanya, Axelson roboh, terguling, dan tewas.

Sedangkan Lutteral yang terus berlari menghindar sambil melepaskan tembakan secara gencar, dalam kondisi luka-luka kemudian roboh dan pingsan setelah sebuah granat meledak di dekatnya.

Nasib Lutteral ternyata masih mujur. Dalam kondisi setengah sadar dan luka parah ia ditolong sekelompok suku Phatsun yang bersenjatakan AK-47. Mereka menyatakan bukan pendukung Taliban. Kelompok itu pun kemudian membawa Lutteral ke desa, memberikan perawatan medis, dan menjaga keselamatan Lutteral.

Lutteral sendiri akhirnya bisa diselamatkan oleh pasukan penolong yang datang menggunakan helikopter.

A Winardi

4 Replies to “Saat Navy SEAL Berguguran Dihajar Taliban dalam Pertempuran Hebat di Pegunungan Afganistan”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *