ANGKASAREVIEW.COM – Boeing akhirnya berhasil menyingkiran rival utamanya Lockheed Martin dalam pengadaan jet latih lanjut masa depan Angkatan Udara AS (USAF). Kemenangan dalam proyek T-X itu resmi diumumkan pada 27 September 2018. Jet latih yang digarap bersama pabrik Saab, Swedia ini berhasil mendepak jet latih T-50A yang digarap Lockheed Martin bersama KAI, Korea Selatan.
Dengan nilai kontrak 9,2 miliar dolar AS, Boeing bertanggung jawab untuk memproduksi 351 jet latih T-X berikut 46 simulator dan peralatan darat terkait.
Boeing T-X akan digunakan sebagai wahana transisi untuk mencetak pilot penunggang jet tempur genersi kelima F-35 dan F-22. Diharapkan, Boeing T-X pertama sudah dapat beroperasi penuh tahun 2023 mendatang.
Bicara sejarahnya, proyek T-X digagas untuk menggantikan armada jet latih Northrop T-38 Talon yang telah digunakan sejak 1959 yang artinya telah 59 tahun mengabdi. Versi terakhir Talon yang telah di-upgrade yakni T-38C mulai digunakan di awal tahun 2000-an.
Kemenangan Boeing dalam Proyek T-X hanya terpaut kurang dari seminggu dari pengumuman pemenang tender pengadaan helikopter serbaguna untuk Angkatan Udara AS pengganti heli gaek Bell UH-1N Huey yang diumumkan pada 24 September.
Dalam pengadaan heli serbaguna ini, Boeing bermitra dengan Leonardo, Italia. Heli yang dinamai ulang sebagai MH-139 ini berhasil menyingkirkan produk Lockheed Martin (induk Sikorsky) yang menawarkan HH-60U Black Hawk dan Force Hawk (versi upgraded UH-60 Black Hawk) garapan Sierra Nevada Corp.
MH-139 akan digunakan Angkatan Udara AS dalam peran utama sebagai heli layanan dinas rudal balistik nuklir antarbenua milik AS yang berbasis di Wyoming, Montana, dan North Dakota. Helikopter medium berbasis AW-139 ini juga akan digunakan sebagai heli latih, angkut personel, dan logitik.
Dalam tender ini Boeing mendapatkan kontrak senilai 2,38 miliar dolar AS untuk pengadaan 84 unit MH-139. Pada tahap awal Boeing mendapatkan kontrak 375 juta dolar AS yang akan digunakan untuk memproduksi empat heli pra-produksi. Pengiriman gelombang pertama MH-139 akan dilakukan pihak pabrikan pada 2021 mendatang.
Dua kemenangan proyek ini melengkapi kemenangan sebelumnya yang ditorehkan Boeing dalam proyek tanker tak berawak MQ-25 Stingray. Pada 30 Agustus 2018, Boeing berhasil menyingkirkan Lockheed Martin dan General Atomics dalam pengadaan pesawat pengisi bahan bakar di udara tak berawak berbasis kapal induk untuk Angkatan Laut AS.
Mendapatkan kontrak senilai 805 juta dolar AS, Boeing bertanggung jawab menyediakan desain, pengembangan, fabrikasi, pengujian, verifikasi, sertifikasi, pengiriman serta dukungan untuk empat unit MQ-25. Pesawat pra produksi pertama tersebut akan masuk tahap operasinal awal pada dek kapal induk tahun 2024 mendatang.
Dengan masuknya MQ-25 ke jalur produksi menjadikan Angkatan Laut AS sebagai pengguna tanker tak berawak pertama di dunia. Dan bila pengembangan tahap awal ini berjalan lancar, Angkatan Laut AS akan memesan lagi sebanyak 72 drone tanker MQ-25 senilai 9,5 miliar dolar plus 3,8 miliar dolar tambahan untuk biaya litbang lanjutan untuk MQ-25.
Dalam operasionalnya drone tanker MQ-25 digunakan untuk memperluas jangkauan operasi pesawat tempur Boeing F/A-18E/F Super Hornet dan EA-18G Growler serta Lockheed Martin F-35C. Saat ini dalam peran yang sama Angkatan Laut AS masih mengandalkan pesawat F/A-18 yang diubah menjadi tanker udara.
Sobat AR, sepertinya tahun 2018 ini adalah tahun keberentungan pabrik pesawat yang bermarkas di Chicago, Illionis ini. Dengan memenangi tiga proyek sekaligus dalam waktu yang berdekatan, bisa dibilang bak pemain bola yang berhasil menyarangkan bola ke gawang lawan dalam satu pertandingan, ‘Hattrick’ untuk Boeing!
Rangga Baswara Sawiyya