ANGKASAREVIEW.COM – Tidak hanya para penerbang F-86 Avon Sabre Skadron Udara 14 yang dikirim TNI AU ke Amerika Serikat guna menempuh pendidikan mengawaki jet tempur F-5E/F Tiger II buatan Nortrhop Co. yang dibeli Pemeritah Indonesia. Melainkan juga, para teknisi Skadron Udara 14 yang akan bertugas memelihara dan menyiapkan pesawat itu nantinya di skadron.
Keberadaan para ground crew atau punggawa darat ini bahkan memegang peranan sangat penting karena pesawat tidak akan bisa diterbangkan dan melaksanakan misi apabila tidak dalam kondisi siap digunakan (serviceable).
Oleh karenanya, setahun sebelum kedatangan F-5E/F Tiger II, para teknisi dari Skadron Udara 14 sudah diberangkatkan ke Negeri Paman Sam. Mereka berangkat lebih dulu daripada penerbang dan berada di AS lebih lama karena pendidikan yang harus dijalani pun memerlukan waktu lebih lama.
Program pendidikan para teknisi F-5 TNI AU dimulai tahun 1979. Para teknisi yang terpilih dari Skadron Udara 14 dan satuan lain melaksanakan pendidikan peningkatan kemampuan bahasa Inggris terlebih dahulu, meliputi bahasa Inggris umum dan teknik. Selain dari Skadron Udara 14, para teknisi untuk F-5 TNI AU ini diambil dari Depo Senjata dan Amunisi (Depohar 60) dan dari Skadron Avionik 21 (Depohar 20).
Selesai mengikuti pembekalan bahasa Inggris, mereka pun berangkat ke AS dalam beberapa rombongan kecil. Personel teknik dari Skadron Udara 14 dipimpin oleh Kadishar Skadron Udara 14 Mayor Tek Sutjondro, personel teknik dari Depohar 60 dipimpin Kapten Tek Miran, dan personel teknik dari Depohar 20 dipimpin oleh Kapten Lek Wahono.
Sobat AR, kelompok teknisi tersebut berangkat dari Bandara Halim Perdanakusuma pada 16 September 1979 menuju San Fransisco, AS dengan transit satu malam di Bandara Narita, Tokyo, Jepang. Setiba di San Fransisco, perjalanan dilanjutkan menuju Williams AFB di Arizona, Texas, sarang F-5 milik Angkatan Udara Amerika Serikat (USAF).
Bertindak selaku penyelenggara pendidikan teknik F-5 bari para teknisi TNI AU dan juga teknisi F-5 dari negara lainnya, adalah kesatuan FTO 528 yang berada di bawah naungan Williams AFB. (The Golden Moment of Tiger, Djoko Suyanto – 2005)
Selama tujuh bulan, para teknisi F-5 TNI AU mendapatkan pendidikan bagaimana cara merawat sang ‘macan besi’ sesuai bidangnya masing-masing. Materi pendidikan yang diberikan adalah AMT (F-5B/E) Course 74ASF4371-049, FCR (F-5E) Course 74ASF4371-052, TR (F-5E) Course 74ASF4371-053, CR (F-5E) Course 74ASF4371-054 dan Aircraft Maintenance.
Dalam hal menjalankan perawatan F-5, para teknisi melaksanakannya berdasarkan subsistem perawatan yang masing-masing diawaki oleh beberapa personel. Subsistem ini terdiri dari APG (Air Plane General), Engine, Hydraulic, Electric, Instrument, Communication/Navigation, Radar, Environment, Armament, serta Alkat dan GSE (Ground Support Equipment). Dengan pembagian subsistem perawatan ini, maka proses pemeliharaan pesawat dapat dilaksanakan dengan lebih mudah dan lebih terkontrol tentunya.
Pendidikan teknisi pesawat F-5E/F Tiger II di Williams AFB berakhir pada Januari 1980. Mereka pun bersiap kembali ke Tanah Air dan selanjutnya melaksanakan persiapan guna menyambut kedatangan armada F-5 di Lanud Iswahjudi.
Teknisi F-5 dari AS ikut ikut serta menuju Indonesia untuk membantu persiapan kedatangan F-5 di Lanud Iswahjudi. Mereka juga masih akan memberikan bekal ilmu kepada para teknisi yang tidak ikut berangkat ke AS. Selanjutnya, para teknisi bule itu dibantu para teknisi F-5 TNI AU merakit ulang F-5E/F Tiger II setelah tiba di Lanud Iswahjudi. Rombongan sang macan besi penjaga NKRI ini dikirim dalam dua gelombang dari AS ke Maospati menggunakan pesawat angkut C-5A Galaxy.
RONI SONTANI